ads

Rabu, 25 November 2009

Reaktor Air Ringan (Light Water Reactor, LWR) Nuklir

Reaktor Air Ringan (Light Water Reactor, LWR)
Di antara PLTN yang masih beroperasi di dunia, 80 % adalah PLTN tipe Reaktor Air Ringan
(LWR). Reaktor ini pada awalnya dirancang untuk tenaga penggerak kapal selam angkatan
laut Amerika. Dengan modifikasi secukupnya dan peningkatan daya seperlunya kemudian
digunakan dalam PLTN. PLTN tipe ini dengan daya terbesar yang masih beroperasi pada
saat ini (tahun 2003) adalah PLTN Chooz dan Civaux di Perancis yang mempunyai daya
1500 MWe, dari kelas N-4 Perancis. Reaktor Air Ringan dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu Reaktor Air Didih dan Reaktor Air Tekan (pendingin tidak mendidih), kedua
golongan ini menggunakan air ringan sebagai bahan pendingin dan moderator.
Pada tipe reaktor air ringan sebagai bahan bakar digunakan uranium dengan pengayaan
rendah sekitar 2% - 4%; bukan uranium alam karena sifat air yang menyerap neutron.
Kemampuan air dalam memoderasi neutron (menurunkan kecepatan/ energi neutron) sangat
baik, maka jika digunakan dalam reaktor (sebagai moderator neutron dan pendingin) ukuran
teras reaktor menjadi lebih kecil (kompak) bila dibandingkan dengan reaktor nuklir tipe reaktor
gas dan reaktor air berat.

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Tipe Reaktor Nuklir PLTN

Beberapa tipe reaktor nuklir serta jenis bahan moderator dan pendingin yang digunakan
diperlihatkan pada Tabel di bawah Pada umumnya tipe reaktor nuklir dalam PLTN dibedakan
berdasarkan komposisi dan konstruksi dari bahan moderator neutron dan bahan pendingin
yang digunakan sehingga digunakan sebutan seperti reaktor gas, reaktor air ringan,
reaktor air berat (air ringan: H2O; air berat: D2O; D adalah salah satu isotop hidrogen, yaitu
deuterium 2H1). Selain itu faktor kondisi air pendingin juga menjadi pertimbangan
penggolongan tipe reaktor nuklir dalam PLTN. Jika air pendingin dalam kondisi mendidih
disebut reaktor air didih, jika tak mendidih (atau tidak diizinkan mendidih, dengan memberi
tekanan secukupnya pada pendingin) disebut reaktor air tekan. Reaktor nuklir dengan
temperatur pendingin sangat tinggi (di atas 800 oC) disebut reaktor gas temperatur tinggi.
Kecepatan neutron rata-rata dalam reaktor yang dihasilkan dari reaksi fisi juga dipakai untuk
menggolongkan tipe reaktor. Berdasarkan kecepatan neutron rata-rata dalam teras, ada
reaktor cepat dan reaktor termal (neutron dengan kecepatan relatif lambat sering disebut
sebagai neutron termal).

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Energi Nuklir sebagai Pembangkit Listrik

Energi nuklir juga akan dikembangkan di Indonesia. Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Purnomo Yusgiantoro berdasarkan roadmap pengembangan yang disiapkan pemerintah Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) mulai dibangun tahun 2016. Sedang tahun 2017 diharapkan mulai bisa beroperasi.
Energi nuklir merupakan bagian dari pengembangan energi baru dan terbarukan dalam kebijakan energi di Indonesia.
’’Batubara merupakan bahan bakar utama pembangkit listrik di Indonesia. Selain itu juga dikembangkan
energi baru dan terbarukan termasuk energi nuklir,’’ ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro saat
berbicara pada IndoNuclear di Jakarta, (2/4).
Menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, kontribusi energi nuklir dalam energi mix di Indonsia akan mencapai
sekitar 4000 MW pada tahun 2025. Pengembangan energi nuklir didasarkan pada PP nomor 43/2006 serta UU nomor
17/2007 tentang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005-2015. Serta pembentukan Tim Persiapan Pembangunan
PLTN.
Indonesia memiliki cadangan mineral radioaktif yang tersebar diberbagai lokasi. Di kawasan Kayan, Kalimantan Barat,
misalnya, saat ini terdapat cadangan sekitar 24,110 ton yang bisa untuk memproduksi 3 GWh selama 11 tahun. “
Cadangan lainnya tersebar di Sumatera, Sulawesi serta Papua,’’ papar Menteri ESDM Purnomo
Yusgiantoro.
Peran energi nuklir, menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, diperkirakan akan sangat penting bersama sumber
energi baru dan terbarukan lainnya dalam menjamin pasokan dan keamanan energi listrik di Indonesia. Sebagaimana
terjadi diberbagai negara lain pengembangan energi nuklir umumnya diiringi dengan menurunnya kontribusi bahan bakar
lain untuk pembangkit listrik.
Perkembangan energi nuklir untuk pembangkit listrik mengalami perkembangan yang cepat dalam beberapa tahun
belakangan. Saat ini sedikitnya terdapat sekitar 426 PLTN yang dioperasikan diberbagai negara. Amerika, Jepang dan
Korea merupakan negara yang membangun PLTN dalam jumlah besar. Selain itu PLTN juga dikembangkan oleh India,
China, Brasil, dan Finlandia.
http://www.esdm.go.id/esdm2/index.php?option=com_content&task=view&id=416&Itemid=94


Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

PLTN menunjang produksi Listrik

Pemerintah harus menerapkan standard keamanan reaktor pada PLTN, sehingga
keamanan PLTN lebih terjamin dan menunjang kelancaran produksi listrik. Selain itu pemerintah
harus memberikan edukasi terhadap masyarakat, diantaranya :
• Meluruskan pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan
• Memberikan perbandingan resiko antara PLTN dengan aktivitas lain
• Mengganti emosi dengan akal sehat
• Masyarakat antinuklir amat mahir membangun kecemasan masyarakat terhadap kanker
akibat radiasi, demikian pula efek genetik akibat radiasi yang sifatnya stokastik sering
dilebih-lebihkan sehingga menimbulkan kecemasan yang berlebihan terutama terhadap
wanita. Dengan demikian penjelasan yang objektif terhadap masalah tersebut dari pihak
yang berkompeten (misal dari dokter ahli di bidang tersebut) sangat diperlukan.
• Menguasai media sepenuhnya
• Media memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk opini masyarakat.
Memang harus diakui bahwa karena minimnya pengetahuan para wartawan tentang
nuklir, media mengalami kesulitan dalam memberikan cerita yang sebenarnya. Para
wartawan sering tidak cukup memiliki pengetahuan tentang suatu topik agar mampu
membedakan cerita nuklir yang benar dan sekedar isapan jempol. Akibatnya, meskipun
jika ceritanya menguntungkan industri nuklir, namun karena desakan keseimbangan
berita, media juga harus mengakomodasikan suara-suara dari sudut pandang antinuklir.
Disinilah kesempatan yang ditunggu-tunggu oleh gerakan antinuklir karena dengan
model pemberitaan seperti ini orang awam menjadi bingung siapa yang benar dan siapa
yang salah.
• Bekerja secara hati-hati dan cermat sehingga hal-hal yang dikhawatirkan masyarakat
benar-benar tidak terbukti.
Secara objektif, PLTN merupakan suatu industri energi yang relatif aman dibandingkan
dengan industri energi yang lain. Namun oleh kalangan masyarakat antinuklir PLTN dianggap
sebagai industri energi yang paling berbahaya. Jadi setiap PLTN yang akan dibangun harus
selalu diteliti dan diawasi kendalanya mulai dari sejak tahap persiapan, pengembangan dan
pengoperasian.

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Efek Penyebaran Zat Radioaktif dari PLTN

Bertujuan meminimalkan penyebaran zat radioaktif. Pendekatan dasar yang digunakan
adalah menentukan kriteria untuk dosis radiasi dan kemungkinan kecelakaan, kemudian
merancang, membangun, dan mengoperasikan PLTN sehingga memenuhi kriteria keselamatan.
Prinsip Pertahanan Berlapis
Ketenaganukliran menyangkut kehidupan dan keselamatan orang banyak, oleh karena itu
di Indonesia dikuasai oleh negara. Semua kegiatan untuk memproduksi listrik dengan tenaga
nuklir diatur oleh Pemerintah. Badan Pengawas adalah badan yang bertugas melaksanakan
pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir. Badan Pengawas
bertanggungjawab untuk menyelenggarakan peraturan, perizinan, dan inspeksi. IAEA
menetapkan program dan standar jaminan mutu untuk diterapkan pada pembangunan PLTN.
Kriteria jaminan mutu sebagai salah satu persyaratan keselamatan keselamatan harus dipenuhi
oleh perancang PLTN. Program jaminan mutu harus disiapkan sesuai ketentuan yang diberikan
IAEA untuk diterapkan pada tahap rancangan, pabrikasi, konstruksi maupun testing sistem
PLTN.
Standar mutu disesuaikan dengan tingkat pentingnya sistem atau peralatan bagi
keselamatan PLTN. Standar mutu yang paling ketat dikenakan kepada peralatan keselamatan
dengan prioritas tinggi. Sistem keselamatan reaktor berfungsi untuk memonitor dan memproteksi,
mematikan reaktor dan menyediakan pendinginan darurat teras reaktor.
Model pengungkung reaktor yang dikembangkan di Amerika Serikat dengan skala 1/6
telah dapat menahan tekanan sebesar 3 kali lipat atas rancangan tanpa terjadi kerusakan selama
testing tahun 1967 di Laboratorium Nasional Sandia.
Suatu kecelakaan terparah PLTN mengasumsikan bahwa satu kombinasi yang sangat
tidak mungkin dari berbagai kejadian/kerusakan dapat terjadi. Bagaimanapun juga sederetan
sistem proteksi yang direkayasa serta penghalang pelindung struktur harus digunakan untuk
menjamin keselamatan PLTN. Sebagai contoh, suatu kerusakan pipa basis rancangan hipotesis
hanya terjadi jika kejadian berikut berlaku sekaligus,yakni:
1. Gempa bumi, lebih besar dibandingkan dengan yang diperkirakan berdasar sejarah
geologi dari daerah tapak, menggoncangkan sistem dan struktur keselamatan.
2. Kedua sumber daya eksternal normal tidak tersedia untuk mengoperasikan sistem
keselamatan.
3. Pipa paling besar yang sangat membahayakan pecah.
4. Pecahnya pipa terjadi tiba-tiba dan putus seketika.
5. Kegagalan tunggal terjadi dari sembarang komponen aktif sistem keselamatan yang
diperlukan untuk memproteksi PLTN.
Laboratorium Nasional Sandia menabrakkan satu jet phantom F-14 berkecepatan 480
MPH ke dinding beton bertulang (reinforced) besar untuk mempelajari apa yang terjadi
seandainya satu pesawat menabrak PLTN. Kerusakan pada dinding sangat kecil. Badan pesawat
membuat satu cekungan dengan kedalaman kurang dari 1 inchi. Suatu reaktor tidak akan
meledak seperti bom atom. Bahan bakar untuk PLTN Air Ringan memiliki Uranium 235 yang
diperkaya sebesar ± 3%, sehingga tidak dapat meledak dalam situasi apapun.

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Permasalahan yang Timbul akibat PLTN

Permasalahan yang Timbul
Seiring dengan rencana pemerintah mendirikan PLTN di Indonesia, timbul pro dan kontra
dalam masyarakat mengenai hal ini. Yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa dari pihak
yang tidak setuju sebagian besar tinjauan yang ditampilkan adalah dari sisi sosio-kultural, politik,
ekonomi, dan lingkungan dengan sedikit porsi tinjauan teknis, sedangakan dari pihak yang setuju
sebagaian besar tinjauan dari sisi teknis dan implementasi pembangunannya semata dan
dianggap kurang mengakomodasi pertimbangan-pertimbangan sosial, kultural, ekonomi dan
politis. Oleh karena itu ada kesenjangan informasi yang perlu dipertemukan antara yang
dilantunkan oleh pihak yang setuju dan tidak setuju. Sedikitnya porsi teknis yang dilantunkan oleh
pihak yang tidak setuju adalah wajar karena latar belakang pengetahuan mereka tentang PLTN
sebenarnya sangat minim. Oleh karena itu merupakan tantangan bagi pihak yang setuju untuk
menyajikan yang benar dan objektif ditinjau dari sisi sosio-kultural, politik, ekonomi dan
lingkungan dengan porsi yang lebih besar sehingga dapat mengimbangi lantunan teknisnya.
Secara garis besar, masyarakat yang kurang senang akan kehadiran PLTN dapat
digolongkan menjadi tiga kelompok, pertama adalah kelompok masyarakat awam, bagi mereka
nuklir menimbulkan rasa takut, karena kurang paham terhadap sifat-sifat atau karakter nuklir itu.
Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa budayawan, politikus, tokoh keagamaan dan
beberapa anggota masyarakat umum lainnya. Kedua adalah masyarakat yang sedikit pahamnya
tentang nuklir. Mereka menyangsikan kemampuan orang Indonesia dalam mengoperasikan
PLTN dengan aman, termasuk pengambilan limbah radioaktif yang timbul dari pengoperasian
PLTN itu. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa LSM dan kalangan akademis. Ketiga
adalah kelompok masyarakat yang cukup paham tentang nuklir tetapi mereka menolak kehadiran
PLTN. Karena mereka melihat PLTN dari kacamata berbeda sehingga keluar argumen-argumen
yang berbeda pula. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa pejabat dan mantan pejabat
pemerintah yang pernah berhubungan dengan masalah keenergian, kelistrikan dan penukliran.

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Proses Kerja PLTN sebagai Pembangkit Listrik

Proses Kerja PLTN
Proses kerja PLTN sebenarnya hampir sama dengan proses kerja pembangkit listrik
konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal secara
luas. Yang membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang
digunakan. PLTN mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU mendapatkan
suplai panas dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara atau minyak bumi.
Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya
hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan neutron dalam
teras reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan
panas hasil fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga
ribuan MW.
Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN sbb :
• Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas yang
sangat besar.
• Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa
pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.
• Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak (kinetik).
• Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan
arus listrik.

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Energi Nuklir
Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir
itu hanya dapat dikeluarkan melalui proses pembakaran bahan bakar nuklir. Proses ini sangat
berbeda dengan pembakaran kimia biasa yang umumnya sudah dikenal, seperti pembakaran
kayu, minyak, dan batu bara. Besar energi yang tersimpan (E) di dalam inti atom adalah seperti
dirumuskan dalam kesetaraan massa dan energi oleh Albert Einstein : E = mc2, dengan m :
massa bahan (kg) dan C = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). Energi nuklir berasal dari perubahan
sebagian massa inti dan keluar dalam bentuk panas.
Untuk mendapatkan gambaran tentang besarnya energi yang dapat dilepaskan oleh
reaksi nuklir, berikut ini diberikan contoh perhitungan sederhana. Ambil 1 g (0,001 kg) bahan
bakar nuklir 235U (Uranium dengan isotop 235).
Jumlah atom di dalam bahan bakar ini adalah :
N = (1/235) x 6,02 x 1023 = 25,6 x 1020 atom 235U.
Karena setiap proses fisi bahan bakar nuklir 235U disertai dengan pelepasan energi
sebesar 200 MeV, maka 1 g 235U yang melakukan reaksi fisi sempurna dapat melepaskan
energi sebesar :
E = 25,6 x 1020 (atom) x 200 (MeV/atom) = 51,2 x 1022 MeV
Jika energi tersebut dinyatakan dengan satuan Joule (J), di mana 1 MeV = 1,6 x 10-13 J,
maka energi yang dilepaskan menjadi :
E = 51,2 x 1022 (MeV) x 1,6 x 10-13 (J/MeV) = 81,92 x 109 J
Dengan menganggap hanya 30 % dari energi itu dapat diubah menjadi energi listrik,
maka energi listrik yang dapat diperoleh dari 1 g 235U adalah :
E listrik = (30/100) x 81,92 x 109 J = 24,58 x 109 J
Karena 1 J = 1 W.s ( E = P.t), maka peralatan elektronik seperti pesawat TV dengan daya
(P) 100 W dapat dipenuhi kebutuhan listriknya oleh 1 g 235U selama :
t = Elistrik / P = 24,58 x 109 (J) / 100 (W) = 24,58 x 107 s
Angka 24,58 x 107 sekon (detik) sama lamanya dengan 7,78 tahun terus-menerus tanpa
dimatikan. Jika diasumsikan pesawat TV tersebut hanya dinyalakan selama 12 jam/hari, maka
energi listrik dari 1 g 235U bisa dipakai untuk mensuplai kebutuhan listrik pesawat TV selama
lebih dari 15 tahun.
Contoh perhitungan di atas dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai
kandungan energi yang tersimpan di dalam bahan bakar nuklir. Energi panas yang dikeluarkan
dari pembelahan satu kg bahan bakar nuklir 235U adalah sebesar 17 milyar kilo kalori, atau
setara dengan energi yang dihasilkan dari pembakaran 2,4 juta kg (2.400 ton) batubara. Melihat
besarnya kandungan energi tersebut, maka timbul keinginan dalam diri manusia untuk
memanfaatkan energi nuklir sebagai pembangkit listrik dalam rangka memenuhi kebutuhan
energi dalam kehidupan sehari-hari.


Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

rencana pembangunan PLTN di
Indonesia sebagai salah satu alternatif mengatasi krisis energi di Indonesia. Pembangunan PLTN
ini juga merupakan penerapan IPTEK dalam pembangunan yang berkesinambungan di
Indonesia. Krisis ini sudah cukup lama dirasakan masyarakat yaitu seringnya PLN (Perusahaan
Listrik Negara) melakukan pemadaman listrik secara bergilir di Sumatera, Jawa, Bali, dan daerah-
daerah lainnya di Indonesia. Ini terjadi karena masih kurangnya pasokan listrik yang dipasok
pembangkit-pembangkit listrik yang sudah ada.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di
mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.
Reaktor nuklir adalah tempat di mana reaksi nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan.
Sejarah pemanfaatan energi nuklir melalui Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
dimulai beberapa saat setelah tim yang dipimpin Enrico Fermi berhasil memperoleh reaksi nuklir
berantai terkendali yang pertama pada tahun 1942. Reaktor nuklirnya sendiri sangat dirahasiakan
dan dibangun di bawah stadion olah raga Universitas Chicago. Mulai saat itu manusia berusaha
mengembangkan pemanfaatan sumber tenaga baru tersebut. Namun pada mulanya,
pengembangan pemanfaatan energi nuklir masih sangat terbatas, yaitu baru dilakukan di Amerika
Serikat dan Jerman. Tidak lama kemudian, Inggris, Perancis, Kanada dan Rusia juga mulai
menjalankan program energi nuklirnya.
Listrik pertama yang dihasilkan dari PLTN terjadi di Idaho, Amerika Serikat, pada tahun
1951. Selanjutnya pada tahun 1954 PLTN skala kecil juga mulai dioperasikan di Rusia. PLTN
pertama di dunia yang memenuhi syarat komersial dioperasikan pertama kali pada bulan Oktober
1956 di Calder Hall, Cumberland. Sistim PLTN di Calder Hall ini terdiri atas dua reaktor nuklir
yang mampu memproduksi sekitar 80 juta Watt tenaga listrik. Sukses pengoperasian PLTN
tersebut telah mengilhami munculnya beberapa PLTN dengan model yang sama di berbagai
tempat.
Dilihat dari proses berlangsungnya, ada dua jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi nuklir berantai
tak terkendali dan reaksi nuklir berantai terkendali. Reaksi nuklir tak terkendali terjadi misal pada
ledakan bom nuklir. Dalam peristiwa ini reaksi nuklir sengaja tidak dikendalikan agar dihasilkan
panas yang luar biasa besarnya sehingga ledakan bom memiliki daya rusak yang maksimal. Agar
reaksi nuklir yang terjadi dapat dikendalikan secara aman dan energi yang dibebaskan dari reaksi
nuklir tersebut dapat dimanfaatkan, maka manusia berusaha untuk membuat suatu sarana reaksi
yang dikenal sebagai reaktor nuklir. Jadi reaktor nuklir sebetulnya hanyalah tempat dimana reaksi
nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan. Reaksi berantai di dalam reaktor nuklir ini tentu
sangat berbeda dengan reaksi berantai pada ledakan bom nuklir.

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Krisis Listrik dan PLTN di Indonesia

Rencana pembangunan PLTN di
Indonesia sebagai salah satu alternatif mengatasi krisis energi di Indonesia. Pembangunan PLTN
ini juga merupakan penerapan IPTEK dalam pembangunan yang berkesinambungan di
Indonesia. Krisis ini sudah cukup lama dirasakan masyarakat yaitu seringnya PLN (Perusahaan
Listrik Negara) melakukan pemadaman listrik secara bergilir di Sumatera, Jawa, Bali, dan daerah-
daerah lainnya di Indonesia. Ini terjadi karena masih kurangnya pasokan listrik yang dipasok
pembangkit-pembangkit listrik yang sudah ada.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di
mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.
Reaktor nuklir adalah tempat di mana reaksi nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan.
Sejarah pemanfaatan energi nuklir melalui Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
dimulai beberapa saat setelah tim yang dipimpin Enrico Fermi berhasil memperoleh reaksi nuklir
berantai terkendali yang pertama pada tahun 1942. Reaktor nuklirnya sendiri sangat dirahasiakan
dan dibangun di bawah stadion olah raga Universitas Chicago. Mulai saat itu manusia berusaha
mengembangkan pemanfaatan sumber tenaga baru tersebut. Namun pada mulanya,
pengembangan pemanfaatan energi nuklir masih sangat terbatas, yaitu baru dilakukan di Amerika
Serikat dan Jerman. Tidak lama kemudian, Inggris, Perancis, Kanada dan Rusia juga mulai
menjalankan program energi nuklirnya.
Listrik pertama yang dihasilkan dari PLTN terjadi di Idaho, Amerika Serikat, pada tahun
1951. Selanjutnya pada tahun 1954 PLTN skala kecil juga mulai dioperasikan di Rusia. PLTN
pertama di dunia yang memenuhi syarat komersial dioperasikan pertama kali pada bulan Oktober
1956 di Calder Hall, Cumberland. Sistim PLTN di Calder Hall ini terdiri atas dua reaktor nuklir
yang mampu memproduksi sekitar 80 juta Watt tenaga listrik. Sukses pengoperasian PLTN
tersebut telah mengilhami munculnya beberapa PLTN dengan model yang sama di berbagai
tempat.
Dilihat dari proses berlangsungnya, ada dua jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi nuklir berantai
tak terkendali dan reaksi nuklir berantai terkendali. Reaksi nuklir tak terkendali terjadi misal pada
ledakan bom nuklir. Dalam peristiwa ini reaksi nuklir sengaja tidak dikendalikan agar dihasilkan
panas yang luar biasa besarnya sehingga ledakan bom memiliki daya rusak yang maksimal. Agar
reaksi nuklir yang terjadi dapat dikendalikan secara aman dan energi yang dibebaskan dari reaksi
nuklir tersebut dapat dimanfaatkan, maka manusia berusaha untuk membuat suatu sarana reaksi
yang dikenal sebagai reaktor nuklir. Jadi reaktor nuklir sebetulnya hanyalah tempat dimana reaksi
nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan. Reaksi berantai di dalam reaktor nuklir ini tentu
sangat berbeda dengan reaksi berantai pada ledakan bom nuklir.

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Pembangkit Listrik Energi Nuklir

Ada dua cara untuk menghasilkan listrik secara ekonomis dalam skala besar. Pertama
menggunakan tenaga air dan kedua menggunakan tenaga panas. Tenaga air memanfaatkan
energi gravitasi air terjun, sedangkan tenaga panas memanfaatkan energi yang terdapat pada
uap bertekanan tinggi. Kedua-duanya untuk memutar turbin dan generator listrik. Murahnya
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) karena ia tidak memerlukan bahan bakar. Bahan bakar PLTA
disuplai secara tidak langsung dari energi surya melalui siklus hidrologik. Jadi PLTA satu-satunya
pemanfaatan energi surya sebagai pembangkit listrik yang layak secara ekonomi. Uap
bertekanan tinggi pada pembangkit listrik tenaga uap dapat diperoleh dengan cara membakar
batu bara, minyak, gas, kayu, dan bahan-bahan lain yang dapat terbakar untuk memanaskan air.
Pemanasan air ini juga dapat ditempuh dengan memanfaatkan energi yang dikeluarkan melalui
proses pembelahan inti atom uranium (proses fissi inti). Pembangkit listrik yang terakhir ini
dikenal dengan nama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Dalam sudut pandang kebutuhan energi di masa sekarang dan akan datang, sebagian
besar masyarakat sepakat bahwa Indonesia harus meningkatkan suplai energinya, terutama
energi listrik yang peningkatan kebutuhannya untuk kini saja gagal diantisipasi oleh PLN. Selain
listrik merupakan sumber penerangan, ia mempunyai peranan lain yaitu sebagai pendorong
perekonomian, sehingga ada suatu korelasi antara konsumsi energi listrik dan keadaan
perekonomian suatu masyarakat. Namun demikian, dari beberapa sumber energi yang ada perlu
ditentukan beberapa alternatif pilihan. Alternatif-alternatif tersebut sudah sering ditawarkan oleh
pemerintah dan telah banyak dibahas, dikaji dan dikomentari oleh para pakar energi, pakar listrik
maupun masyarakat umum.
Dalam tulisan ini akan dibahas apa sebenarnya PLTN itu, bagaimana cara kerjanya,
sejarah singkat, dan persepsi masyarakat Indonesia tentang pembangunan PLTN yang
direncanakan oleh pemerintah dibangun pada tahun 2012 dan mulai beroperasi pada tahun 2017.

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir