ads

Selasa, 26 Maret 2013

Cerita dewasa Perselingkuhan Terbaru dan terlengkap


  Suamiku bernama Roni, usia 30 thn, seorang pekerja sukses. Kami memang

sepakat utk tidak punya anak terlebih dahulu dan kehidupan seks kami

baik-baik saja, Roni dapat memenuhi kebutuhan seks ku yang boleh

dibilang agak hyper sex.. sehari bisa minta bersetubuh 2 sesi, pagi

sebelum Roni berangkat kerja dan malam sebelum tidur.

Dan cerita dewasa ini berawal dari kesuksesan Roni bekerja di

kantornya dan mendapat kepercayaan dari sang atasan yang sangat baik.

Kepercayaan ini membuat dia sering harus bekerja overtime, pada

awalnya aku bisa menerima semua itu tetapi kelamaan kebutuhan ini

harus dipenuhi juga dan itulah yang membuat kami sering bertengkar

karena kadang Roni harus berangkat lebih pagi dan lewat tengah malam

baru pulang.



Dan mulailah cerita dewasa ini ketika Roni mendapat tanggung jawab

untuk menangani suatu proyek dan dia dibantu oleh rekan kerjanya Bram

dari luar kota. Pertama diperkenalkan Bram langsung seperti terkesima

dan sering menatapku, hal itu membuatku risih. Bram cukup tampan gagah

dan kekar.

Karena tuntutan pekerjaan dan efisiensi, kantor Roni memutuskan agar

Bram tinggal di rumah kami utk sementara. Dan memang mereka berdua

sering bekerja hingga larut malam di rumah kami. Bram tidur di kamar

persis di seberang kamar kami.
Sering di malam hari aku berpamitan tidur matanya yang nakal suka

mencuri pandang diantara sela-sela baju tidur yang aku kenakan. Aku

memang senang tidur bertelanjang agar jika Roni datang bisa langsung

bercinta.


Pernah suatu saat ketika pagi hari kami aku dan Roni bercinta di dapur

waktu masih pagi sekali dengan posisiku duduk di meja dan Roni dari

depan, tiba-tiba Bram muncul dan melihat kami, dia menempelkan

telunjuk dimulutnya agar aku tidak menghentikan kegiatan kami, karena

kami sedang dalam puncaknya dan Roni yang membelakangi Bram dan aku

juga tidak tega menghentikan Roni, akhirnya ku biarkan Bram melihat

kami bercinta tanpa Roni sadari hingga kami berdua orgasme. Dan aku

tahu Bram melihat tubuh telanjangku ketika Roni melepaskan penisnya

dan terjongkok di bawah meja.

Setelah kejadian itu Bram lebih sering memperhatikan tiap lekuk

tubuhku.
Sampai suatu waktu ketika pekerjaan Roni benar2 sibuk sehingga hampir

seminggu tidak menyentuhku. Di hari Jum’at kantor tempat Roni bekerja

mengadakan pesta dinner bersama di rumah atasan Roni . Rumahnya

terdiri dari dua lantai yang sangat mewah di lantai 2 ada semacam

galeri barang2 antik. Kami datang bertiga dan malam itu aku mengenakan

pakaian yang sangat seksi, gaun malam warna merah yang terbuka di

bagian belakang dan hanya dikaitkan di belakang leher oleh kaitan

kecil sehingga tidak memungkinkan memakai BH, bagian bawahpun terdapat

sobekan panjang hingga sejengkal di atas lutut, malam itu saya merasa

sangat seksi dan Bram pun sempat terpana melihatku keluar dari kamar.

Sebelum berangkat aku dan Roni sempat bercinta di kamar dan tanpa

sepengetahuan kami ternya Bram mengintip lewat pintu yang memang kami

ceroboh tidak tertutup sehingga menyisakan celah yang cukup untu

melihat kami dari pantulan cermin, sayangnya karena letih atau

terburu-buru mau pergi Roni orgasme terlebih dahulu dan aku

dibiarkannya tertahan. Dan Bram mengetahui hal itu.



Malam itu ketika acara sangat ramai tiba-tiba Roni dipanggil oleh

atasannya untuk diperkenalkan oleh customer. Roni berkata padaku untuk

menunggu sebentar, sambil menunggu aku ke lantai 2 untuk melihat

barang2 antik, di lantai 2 ternyata keadaan cukup sepi hanya 2-3 orang

yang melihat-lihat di ruangan yang besar itu. Aku sangat tertarik oleh

sebuah cermin besar di pojokan ruangan, tanpa takut aku melihat ke

sana dan mengaguminya juga sekaligus mengagumi keseksian tubuhku di

depan cermin, tanpa ku sadari di sampingku sudah berada Bram .
“Udah nanti kacanya pecah lho..cakep deh..!”, canda Bram
“Ah bisa aja kamu Bram”,balasku tersipu.
Setelah berbincang2 di depan cermin cukup lama Bram meminta tolong

dipegangkan gelasnya sehingga kedua tanganku memegang gelasnya dan

gelasku.
“Aku bisa membuat kamu tampak lebih seksi”,katanya sambil langsung

memegang rambutku yang tergerai dengan sangat lembut. Tanpa bisa

mengelak dia telah menggulung rambutku sehingga menampak leherku yang

jenjang dan mulus dan terus terang aku seperti terpesona oleh keadaan

diriku yang seperti itu. dan memang benar aku terlihat lebih seksi.

Dan saat terpesona itu tiba-tiba tangan Bram meraba leherku dan

membuatku geli dan detik berikutnya Bram telah menempelkan bibirnya di

leher belakangku, daerah yang paling sensitif buatku sehingga aku

lemas dan masih dengan memegang gelas Bram yang telah menyudutkanku di

dinding dan menciumi leherku dari depan. “Bram apa yang kamu

lakukan..lepaskan aku Bram..lepas..!”,rontaku tapi Bram tahu aku tidak

akan berteriak di suasana ini karena akan mempermalukan semua orang.
Bram terus menyerangku dengan kedua tanganku memegang gelas dia bebas

meraba buah dadaku dari luar dan terus menciumi leherku, sambil

meronta-ronta aku merasakan gairahku meningkat, apalagi saat tiba-tiba

tangan Bram mulai meraba belahan bawah gaunku hingga ke

selangkanganku. “Bram..hentikan Bram aku mohon..tolong Bram..jangan

lakukan itu..”,rintihku, tapi Bram terus menyerang dan jari tengah

tangannya sampai di bibir vaginaku yang ternyata telah basah karena

serangan itu. Dia menyadari kalau aku hanya mengenakan G-string hitam

dengan kaitan di pinggirnya, lalu dengan sekali sentakan dia



menariknya dan terlepaslah G-stringku. Aku terpekik pelan apalagi

merasakan ada benda keras mengganjal pahaku. Ketika Bram sudah semakin

liar dan akupun tidak dapat melepaskan, tiba-tiba terdengar suara Roni

memanggil dari pinggir tangga yang membuat pegangan himpitan Bram

terlepas, lalu aku langsung lari sambil merapikan pakaian ku menuju

Roni yang tidak melihat kami dan meninggalkan Bram dengan G-string

hitamku. Aku sungguh terkejut dengan kejadian itu tapi tanpa disadari

aku merasakan gairah yang cukup tinggi merasakan tantangan melakukan

di tempat umum walau dalam kategori diperkosa.

Ternyata pesta malam itu berlangsung hingga larut malam dan Roni

mengatakan dia harus melakukan meeting dengan customer dan atasannya

dan dia memutuskan aku untuk pulang bersama Bram. Tanpa bisa menolak

akhirnya malam itu aku diantar Bram, diperjalanan dia hanya

mengakatakan “Maaf Sinta..kamu sungguh cantik malam ini.” Sepanjang

jalan kami tidak berbicara apaun. Hingga sampai dirumah aku langsung

masuk ke dalam kamar dan menelungkupkan diri di kasur, aku merasakan

hal yang aneh antara malu aku baru saja mengalami perkosaan kecil dan

perasaan malu mengakui bahwa aku terangsang hebat oleh serangan itu

dan masih menyisakan gairah. Tanpa sadar ternyata Bram telah mengunci

semua pintu dan masuk ke dalam kamarku, aku terkejut ketika mendengar

suaranya’, “Sinta aku ingin mengembalikan ini”‘ katanya sambil

menyerahkan G-stringku berdiri dengan celana pendek saja, dengan

berdiri aku ambil G-stringku dengan cepat, tapi saat itu juga Bram

telah menyergapku lagi dan langsung menciumiku sambil langsung menarik

kaitan gaun malamku, maka bugilah aku diahadapannya. Tanpa menunggu

banyak waktu aku langsung dijatuhkan di tempat tidur dan dia langsung

menindihku. Aku meronta-ronta sambil menendang-nendang?”Bram..lepaskan

aku Bram..ingat kau teman suamiku Bram..jangan..ahh..aku mohon”,

erangku ditengah rasa bingung antara nafsu dan malu, tapi Bram terus

menekan hingga aku berteriak saat penisnya menyeruak masuk ke dalam

vaginaku, ternyata dia sudah siap dengan hanya memakai celana pendek

saja tanpa celana dalam.



“Ahhhh?Braam..kau..:’ Lalu mulailah dia memompaku dan lepaslah

perlawananku, akhirnya aku hanya menutup mata dan menangis

pelan..clok..clok..clok..aku mendengar suara penisnya yang besar

keluar masuk di dalam vaginaku yang sudah sangat basah hingga

memudahkan penisnya bergerak. Lama sekali dia memompaku dan aku hanya

terbaring mendengar desah nafasnya di telingaku, tak berdaya walau

dalam hati menikmatinya. Sampai kurang lebih satu jam aku akhirnya

melenguh panjang “Ahhh?..” ternyata aku orgasme terlebih dahulu,

sungguh aku sangat malu mengalami perkosaan yang aku nikmati. Sepuluh

menit kemudian Bram mempercepat pompaannya lalu terdengar suara Bram

di telingaku “Ahhh..hmmfff?” aku merasakan vaginaku penuh dengan

cairan kental dan hangat sekitar tiga puluh deti kemudian Bram

terkulai di atasku.
“Maaf Sinta aku tak kuasa menahan nafsuku..”bisiknya pelan lalu

berdiri dan meninggalkanku terbaring dan menerawang. hinga tertidur

Aku tak tahu jam berapa Roni pulang hingga pagi harinya.
Esok paginya di hari sabtu seperti biasa aku berenang di kolam renang

belakang,, Roni dan Bram berpamitan untuk nerangkat ke kantor. Karena

tak ada seorang pun aku memberanikan diri untuk berenang tanpa

pakaian. Saat asiknya berenang tanpa disadari, Bram ternyata beralasan

tidak enak badan dan kembali pulang, karena Roni sangat mempercayainya

maka dia izinkan Bram pulang sendiri. Bram masuk dengan kunci milik

Roni dan melihat aku sedang berenang tanpa pakaian. Lalu dia bergerak

ke kolam renag dan melepaskan seluruh pakaiannya, saat itulah aku

sadari kedatangannya, “Bram..kenapa kau ada di sini?” tanyaku, “Tenang

Sinta suaimu ada di kantor sedang sibuk dengan pekerjaannya”, aku

melihat tubuhnya yang kekar dan penisnya yang besar mengangguk angguk

saat dia berjalan telanjang masuk ke dalam kolam “Pantas sajaku

semalam vaginaku terasa penuh sekali”‘pikirku. Aku buru-buru berenang

menjauh tetai tidak berani keluar dr dalam kolam karena tidak

mengenakan pakaian apapun juga. Saat aku bersandar di pingiran sisi

lain kolam, aku tidak melihat ada tanda2 Bram di dalam kolam. Aku

mencari ke sekeliling kolam dan tiba-tiba aku merasakan vaginaku

hangat sekali, ternyata Bram ada di bawah air dan sedang menjilati

vaginaku sambil memegang kedua kakiku tanpa bisa meronta.

Akhirnya aku hanya bisa merasakan lidahnya merayapai seluruh sisi

vaginaku dan memasuki liang senggamaku..aku hanya menggigit bibir

menahan gairah yang masih bergelora dari semalam. Cukup lama dia

mengerjai vaginaku, nafasnya kuat sekali pikirku. Detik berikutnya

yang aku tahu dia telah berada di depanku dan penisnya yang besar

telah meneyruak menggantian lidahnya? “Arrgghh..” erangku menahan

nikmat yang sudah seminggu ini tidak tersentuh oleh Roni. Akhirnya aku

membiarkan dia memperkosaku kembali dengan berdiri di dalam kolam

renang. Sekarang aku hanya memeluknya saja dan membiarkan dia

menjilati buah dadaku sambil terus memasukan penisnya keluar masuk.

Bahkan saat dia tarik aku ke luar kolam aku hanya menurutinya saja,

gila aku mulai menikamti perkosaan ini, pikirku, tapi ternyata

gairahku telah menutupi kenyataan bahwa aku sedang diperkosa oleh

teman suamiku. Dan di pinggir kolam dia membaringkanku lalu mulai

menyetubuhi kembai tubuh mulusku..”Kau sangat cantik dan seksi

Sinta..ahh” bisiknya ditelingaku.

Aku hanya memejamkan mata berpura-pura tidak menikmatinya, padahal

kalau aku jujur aku sangat ingin memeluk dan menggoyangkan pantatku

mengimbangi goyangan liarnya. Hanya suara eranggannya dan suara

penisnya maju mundur di dalam vaginaku, clok..clok..clep..dia tahu

bahwa aku sudah berada dalam kekuasaannya. Beberapa saat kemudian

kembali aku yang mengalami orgasme diawali eranganku “Ahhh..” aku

menggigit keras bibirku sambil memegang keras pinggiran kolam,

“Nikmati sayang?”demikian bisiknya menyadari aku mengalami orgasme.

Sebentar kemudian Bram lah yang berteriak panjang, “Kau hebat

Sinta..aku cinta kau..AAHHH..HHH” dan aku merasakan semburan kuat di

dalam vaginaku. Gila hebat sekali dia bisa membuatku menikmatinya

pikirku. Setelah dia mencabut penisnya yang masih terasa besar dan

keras, aku reflek menamparnya dan memalingkan wajahku darinya. Aku tak

tahu apakah tamparan itu berarti kekesalanku padanya atau karena dia

mencabut penisnya dari vaginaku yang masih lapar.



Setelah Roni pulang herannya aku tidak menceritakan kejadian malam

lalu dan pagi tadi, aku berharap Roni dapat memberikan kepuasan

padaku. Dengan hanya menggenakan kimono dengan tali depan aku dekati

Roni yang masih asik di depan komputernya di dalam kamar, lalu aku

buka tali kimonoku dan kugesekan buah dadaku yang besar itu ke

kepalanya dari belakang, berharap da berbalik dan menyerangku. Ternyta

yang kudapatkan adalah bentakannya “Sinta..apakah kamu tak bisa

melihat kalau aku sedang sibuk? Jangan kau ganggu aku dulu..ini untuk

masa depan kita” teriaknya keras. Aku yakin Bram juga mendengar

teriakannya. Aku terkejut dan menangis, lalu aku keluar kamar dengan

membanting pintu, lalu aku pergi ke pinggir kolam dan duduk di sana

merenung dan menahan nafsu. Dari kolam aku bisa melihat bayangan di

Roni di depan komputer dan lampu di kamar Bram. Tampak samar-samar

Bram keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi

tubuhnya. Karena di luar gelap tak mungkin dia melihatku.

Tanpa sadar aku mendekat ke jendelanya dan memperhatikan Bram

mengeringkan tubuh. Gila kekar sekali tubuhnya dan yang menarik

perhatianku adalah penisnya yang besar dan tegang mengangguk-angguk

bergoyang sekanan memanggilku. Aku malu sekali mengagumi dan

mengaharapkan kembali penis itu masuk ke dalam vaginaku yang memang

masih haus. Perlahan aku membelai-belai vaginaku hingga terasa basah,

akhirnya aku memutuskan untuk memintanya pada Bram, dengan hati yang

berdebar kencang dan nafsu yang sudah menutupi kesadaran, aku nekat

masuk ke dalam kamar Bram dan langsung mengunci pintu dari dalam. Bram

sangat terkejut “Sinta..apa yang kamu lakukan?”, aku hanya menempelkan

telunjuk di bibirku dan memberi isyarat agar tidak bersuara karena

Roni ada di kamar seberang. Langsung aku membuka pakaian tidurku dan

terpampanglah tubuh putih mulusku tanpa sehelai benagpun di

hadapannya, Bram hanya terperangah dan menatap kagum pada tubuhku.

Bram tersenyum sambil memperlihatkan penisnya yang semakin membesar

dan tampak berotot. Dengan segera aku langsung berlutut di hadapannya

dan mengulum penisnya, Bram yang masih terkejut dengan kejadian ini

hanya mendesah perlahan merasakan penisnya aku kulum dan hisap dengan

nafsuku yang sudah memuncak.
Sambil mulutku tetap di dalam penisnya aku perlahan naik ke atas

tempat tidur dan menempatkan vaginaku di mulut Bram yang sudah

terbaring, dia mengerti maksudku dan langsung saja lidahnya melahap

vaginaku yang sudah sangat basah, cukup lama kami dalam posisi itu,

terinat akan Roni yang bisa saja tiba-tiba datang aku langsung

mengambil inisiatif untuk merubah posisi dan perlahan duduk di atas

penisnya yang sudah mengacung tegang dan besar panjang. Perlahan aku

arahkan dan masukan ke dalam lubang vaginaku, rasanya berbeda dengan

saat aku diperkosanya, perlahan tapi pasti aku merasaskan suatu

sensasi yang amat besar sampai akhirnya keseluruhan batang penis Bram

masuk ke dalam vaginaku “Ahh..sssfff..Braaam!” erangku perlahan

menahan suara gairahku agar tidak terdengar, aku merasakan seluruh

penisnya memenuhi vaginaku dan menyentuh rahimku. Sungguh suatu

sensasi yang tak terbayangkan, dan sensasi itu semakin bertambah saat

aku mulai menggoyangkan pantatku naik turun sementara tangan Bram

dengan puasnya terus memainkan kedua buah dadaku memuntir-muntir

putingku hingga berwarna kemerahan dan keras “ahh..ahh..” demikian

erangan kami perlahan mengiringi suara penisnya yan keluar masuk

vaginaku clok..clok..clok? Tak tahan dengan nafsunya mendadak Bram

duduk dan mengulum buah dadaku dengan rakusnya bergantian kiri kanan

bergerak ke leher dan terus lagi. Aku sungguh tak dapat menahan gairah

yang selama ini terpendam.
Mungkin karena nafsu yang sudah sangat tertahan atau takut Roni

mendengar tak kuasa aku melepaskan puncak gairahku yang pertama sambil

mendekap erat Bram dan menggigit pundaknya agar tidak bersuara,

kudekap erta Bram seakan tak dapat dilepaskan mengiringi puncak

orgasmeku. Bram merasakan penisnya disiram cairan hangat dan tahu

bahwa aku mengalami orgasme dan membiarkanku mendekapnya sangat erat

sambil memelukku dengan belaian hangatnya. Selesai aku orgasme sekiat

30 detik, Bram membalikan aku dengan penisnya masih tertancap di dalam

vaginaku. Bram mulai mencumbuku dengan menjilati leher dan putingku

perlahan, entah mengapa aku kembali bernafsu dan membalas ciumannya

denga mesra, lidah kami saling berpagutan dan Bram merasakan penisnya

kembali dapat keluar masuk dengan mudah karena vaginaku sudah kembali

basah dan siap menerima serangan berikutnya. Dan Bram langsung memompa

penisnya dengan semangat dan cepat membuat tubuhku bergoyang dan buah

dadaku bergerak naik turun dan sungguh suara yang timbul antara

erangan kami berdua yang tertahan derit tempat tidur dan suara

penisnya keluar masuk di vaginaku kembali membakar gairahku dan aku

bergerak menaik turunkan pantatku untuk mengimbangi Bram.
Dan benar saja 10 menit kemudian aku sampai pada puncak orgasme yang

kedua, dengan meletakan kedua kakiku dan menekan keras pantatnya

hingga penisnya menyentuh rahimku. Kupeluk Bram dengan erat yang

membiarkan aku menikmati deburan ombak kenikmatan yang menyerangku

berkali-kali bersamaan keluarnya cairanku. Kugigit bibirku agar tidak

mengeluarkan suara, cukup lama aku dalam keadaan ini dan anehnya

setelah selesai aku berada dalam puncak ternyata aku sudah kembali

mengimbangi gerakan Bram dengan menaik turunkan pantatku. Saat itulah

kudengar pintu kamarku terbuka dan detik berikutnya pintu kamar Bram

diketuk Roni, “Bram..kau sudah tidur?”, demikian ketuk Roni. Langsung

saja Bram melepaskan pelukannya dan menyuruhku bersembunyi di kamar

mandi. Sempat menyambar pakaian tidurku yang tergeletak di lantai aku

langsung lari ke kamar mandi dan mengunci dari luar. Sungguh hatiku

berdebar dengan kerasnya membayangkan apa jadinya jika aku ketahuan

suamiku.

Bram dengan santai dan masih bertelanjang membuka pintu dan mengajak

Roni masuk, Roni sempat terkejut melihat Bram telanjang,”Sedang apa

kamu Bram” tanpa curiga dengan tempat tidur yang berantakan yang kalau

diperhatikan dari dekat ada cairan kenikmatanku. Bram hanya tersenyum

dan mengatakan,”Mau tau aja..” Dasar Roni dia langsung membicarakan

suatu hal pekerjaan dan mereka terlibat pembicaraan itu. Kurang lebih

sepuluh menit mereka berbicara dan sepuluh menit juga hatiku sungguh

berdebar-debar tapi anehnya dengan keadaan ini nafsuku sungguh semakin

menjadi-jadi. Setelah Roni keluar, Bram kembali mengunci pintu kamar

dan mengetuk kamar mandi perlahan,”Sinta buka pintunya..sudah aman”.

Begitu aku buka pintunya Bram langsung menarik aku dan mendudukanku di

meja dekat kamar mandi, langsung saja dibukanya kedua kakiku dan bless

penisnya kembali memenuhi vaginaku “Ahhh..ahh..” erangan kami berdua

kembali terdengar perlahan sambil terus menggoyangkan pantatnya maju

mundur Bram melahap buah dadaku dan putingku.

Sepuluh menit berlalu dan goyang Bram semakin cepat sehingga aku tahu

dia akan mencapai puncaknya, dan akupun merasakan hal yang sama

“Braaam lebih cepat sayang aku sudah hampir keluar..” desahku “Tahan

sayang kita bersamaan keluarnya”, dan benar saja saat kurasakan

maninya menyembur deras dalam vaginaku aku mengalami orgasme yang

ketiga dan lebih hebat dari yang pertama dan kedua, kami saling

berpelukan erat dan menikmati puncak gairah itu bersamaan.

“Braaammm..,” desahku tertahan. “Ahhh Sinta..kau hebat..” demikian

katanya. Akhirnya kami saling berpelukan lemas berdua, sungguh suatu

pertempuran yang sangat melelahkan. Saat kulirik jam ternyata sudah

dua jam kami bergumul. “Terima kasih Bram..kau hebat..” kataku dengan

kecupan mesra dan langsung memakai pakaian tidurku kembali dan kembali

ke kamarku. Roni tidak curiga sama sekali dan tetap berkutat dengan

komputernya dan tidak menghiraukanku yang langsung berbaring tanpa

melepas pakaianku seperti biasanya karena aku tahu ada bekas ciuman

Bram di sekujur buah dadaku. Malam itu aku merasa sangat bersalah pada

Roni tapi di lain sisi aku merasa sangat puas dan tidur dengan

nyenyaknya.

Esoknya seperti biasa di hari Minggu aku dan Roni berenang di pagi

hari tetapi mengingat adanya Bram, kami yang biasanya berenang

bertelanjang akhirnya memutuskan memakai pakaian renag, aku syukuri

karena hal ini dapat menutupi buah dadaku yang masih memar karena

gigitan Bram. Saat kami berenang aku menyadari bahwa Bram sedang

menatap kami dari kamarnya. Dan saat Roni sedang asyik berenang

kulihat Bram memanggilku dengan tangannya dan yang membuat aku

terkejut dia menunjukan penisnya yang sudah mengacung besar dan

tegang. Seperti di hipnotis aku nekat berjalan ke dalam.”Ron aku mau

ke dalam ambil makanan ya..!” kataku pada Roni, dia hanya mengiyakan

sambil terus berenang, Roni memang sangat hobi berenang bisa 2 jam

nonstop tanpa berhenti.
Aku dengan tergesa masuk ke dalam dan menuju kamar Bram. Di sana Bram

sudah menunggu dan tak sabar dia melucuti pakain renangku yang memang

hanya menggunakan tali sebagai pengikatnya. “Gila kamu Bram..bisa

ketahuan Roni lho,” protesku tanpa perlawanan karena aku sendiri

sangat bergairah oleh tantangan ini. dan dengan kasar dia menciumi

punggungku sambil meremas buah dadaku “Tapi kamu menikmatinya khan?!,”

goda Bram sambil mencium leher belakangku. Dan aku hanya mendesah

menahan nikmat dan tantangan ini. Yang lebih gila Bram menarikku ke

jendela dan masih dari belakang dia meremas-remas buah dadaku dan

meciumi punggung hingga pantatku, “Gila kau Bram, Roni bisa melihat

kita,” tapi anehnya aku tidak berontak sama sekali dan memperhatikan

Roni yang benar-benar sangat menikamti renangnya. Di kamar Bram pun

aku sangat menikmati sentuhan Bram. “Sinta kamu suka ini khan?”

tanyanya sambil dengan keras menusukan penisnya ke dalam vaginaku dari

belakang. “AHH..Bram..” teriakku kaget dan nikmat, sekarang aku berani

bersuara lebih kencang karena tahu Roni tidak akan mendengarnya.

Langsung saja Bram memaju mundurkan penisnya di vaginaku..”Ahh.. Bram

lebih kencang..fuck me Bram..puaskan aku Bram..penismu sungguh luar

biasa..Bram aku sayang kamu..” teriakku tak keruan dengan masih

memperhatikan Roni.

Bram mengimbangi dengan gerakan yang liar hingga vaginaku terasa lebih

dalam lagi tersentuh penisnya dengan posisi ini,”Sinta..khhaau

hhebat..” desahnya sambil terus menekanku, kalau saja Roni melihat

sejenak ke kamar Bram maka dia akn sangat terkejut meilhat pemandangan

ini, istrinya sedang bercinta dengan rekan kerjanya. Ternyata kami

memang bisa saling mengimbangi, kali ini dalam waktu 20 menit kami

sudah mencapai puncak secara bersamaan “Teruuus Bram lebih

khheeenncang..ahhhh aku keluar Braaaaam”, teriaku. “Aaakuu juga

Tyyaaasss..nikkkkmat ssekali mmmeemeekmu..aahhhhh.” teriaknya

bersamaan dengan puncak kenikmatan yang datang bersamaan. Setelah itu

aku langsung mencium bibirnya dan kembali mengenakan pakaian renangku

dan kembali berenang bersama Roni yang tidak menyadari kejadian itu.

Setelah itu hari-hari berikutnya sungguh mendatangkan gairah baru

dalam hidupku dengan tantangan bercinta bersama Bram. Pernah suatu

saat ketika akhirnya Roni mau bercinta denganku di suatu malam hingga

akhirnya dia tertidur kelelahan, aku hendak mengambil susu di dapur

dan karena sudah larut malam aku nekat tidak mengenakan pakaian

apapun. Saat aku membungkuk di depan lemari es sekelebat ku lihat

bayangan di belakangku sebelum aku menyadari Bram sudah di belakangku

dan langsung menubruku dari belakang. Penisnya langsung menusuk

vaginaku yang membuatku hanya tersedak dan menahan nikmat tiba-tiba

ini. Kami bergumul di lantai dapur lalu dia mengambil kursi dan duduk

di atasnya sambil memangku aku, “Bram kamu nakal” desahku yang juga

menikmatinya dan kami bercinta hingga hampir pagi di dapur. Sungguh

bersama Bram kudapatkan gairah terpendamku selama ini. Akhirnya ketika

proyek kantor Roni selesai Bram harus pergi dari rumah kami dan malam

sebelum pergi aku dan Bram menyempatkan bercinta kembali. Begitulah

cerita dewasa perselingkuhan dengan teman suamiku sendiri itu terjadi.

sumber >>

Please Give Us Your 1 Minute In Sharing This Post!
SOCIALIZE IT →
FOLLOW US →
SHARE IT →
Powered By: BloggerYard.Com

0 komentar:

Posting Komentar