Suamiku bernama Roni, usia 30 thn, seorang pekerja sukses. Kami memang
sepakat utk tidak punya anak terlebih dahulu dan kehidupan seks kami
baik-baik saja, Roni dapat memenuhi kebutuhan seks ku yang boleh
dibilang agak hyper sex.. sehari bisa minta bersetubuh 2 sesi, pagi
sebelum Roni berangkat kerja dan malam sebelum tidur.
Dan cerita dewasa ini berawal dari kesuksesan Roni bekerja di
kantornya dan mendapat kepercayaan dari sang atasan yang sangat baik.
Kepercayaan ini membuat dia sering harus bekerja overtime, pada
awalnya aku bisa menerima semua itu tetapi kelamaan kebutuhan ini
harus dipenuhi juga dan itulah yang membuat kami sering bertengkar
karena kadang Roni harus berangkat lebih pagi dan lewat tengah malam
baru pulang.
Dan mulailah cerita dewasa ini ketika Roni mendapat tanggung jawab
untuk menangani suatu proyek dan dia dibantu oleh rekan kerjanya Bram
dari luar kota. Pertama diperkenalkan Bram langsung seperti terkesima
dan sering menatapku, hal itu membuatku risih. Bram cukup tampan gagah
dan kekar.
Karena tuntutan pekerjaan dan efisiensi, kantor Roni memutuskan agar
Bram tinggal di rumah kami utk sementara. Dan memang mereka berdua
sering bekerja hingga larut malam di rumah kami. Bram tidur di kamar
persis di seberang kamar kami.
Sering di malam hari aku berpamitan tidur matanya yang nakal suka
mencuri pandang diantara sela-sela baju tidur yang aku kenakan. Aku
memang senang tidur bertelanjang agar jika Roni datang bisa langsung
bercinta.
Pernah suatu saat ketika pagi hari kami aku dan Roni bercinta di dapur
waktu masih pagi sekali dengan posisiku duduk di meja dan Roni dari
depan, tiba-tiba Bram muncul dan melihat kami, dia menempelkan
telunjuk dimulutnya agar aku tidak menghentikan kegiatan kami, karena
kami sedang dalam puncaknya dan Roni yang membelakangi Bram dan aku
juga tidak tega menghentikan Roni, akhirnya ku biarkan Bram melihat
kami bercinta tanpa Roni sadari hingga kami berdua orgasme. Dan aku
tahu Bram melihat tubuh telanjangku ketika Roni melepaskan penisnya
dan terjongkok di bawah meja.
Setelah kejadian itu Bram lebih sering memperhatikan tiap lekuk
tubuhku.
Sampai suatu waktu ketika pekerjaan Roni benar2 sibuk sehingga hampir
seminggu tidak menyentuhku. Di hari Jum’at kantor tempat Roni bekerja
mengadakan pesta dinner bersama di rumah atasan Roni . Rumahnya
terdiri dari dua lantai yang sangat mewah di lantai 2 ada semacam
galeri barang2 antik. Kami datang bertiga dan malam itu aku mengenakan
pakaian yang sangat seksi, gaun malam warna merah yang terbuka di
bagian belakang dan hanya dikaitkan di belakang leher oleh kaitan
kecil sehingga tidak memungkinkan memakai BH, bagian bawahpun terdapat
sobekan panjang hingga sejengkal di atas lutut, malam itu saya merasa
sangat seksi dan Bram pun sempat terpana melihatku keluar dari kamar.
Sebelum berangkat aku dan Roni sempat bercinta di kamar dan tanpa
sepengetahuan kami ternya Bram mengintip lewat pintu yang memang kami
ceroboh tidak tertutup sehingga menyisakan celah yang cukup untu
melihat kami dari pantulan cermin, sayangnya karena letih atau
terburu-buru mau pergi Roni orgasme terlebih dahulu dan aku
dibiarkannya tertahan. Dan Bram mengetahui hal itu.
Malam itu ketika acara sangat ramai tiba-tiba Roni dipanggil oleh
atasannya untuk diperkenalkan oleh customer. Roni berkata padaku untuk
menunggu sebentar, sambil menunggu aku ke lantai 2 untuk melihat
barang2 antik, di lantai 2 ternyata keadaan cukup sepi hanya 2-3 orang
yang melihat-lihat di ruangan yang besar itu. Aku sangat tertarik oleh
sebuah cermin besar di pojokan ruangan, tanpa takut aku melihat ke
sana dan mengaguminya juga sekaligus mengagumi keseksian tubuhku di
depan cermin, tanpa ku sadari di sampingku sudah berada Bram .
“Udah nanti kacanya pecah lho..cakep deh..!”, canda Bram
“Ah bisa aja kamu Bram”,balasku tersipu.
Setelah berbincang2 di depan cermin cukup lama Bram meminta tolong
dipegangkan gelasnya sehingga kedua tanganku memegang gelasnya dan
gelasku.
“Aku bisa membuat kamu tampak lebih seksi”,katanya sambil langsung
memegang rambutku yang tergerai dengan sangat lembut. Tanpa bisa
mengelak dia telah menggulung rambutku sehingga menampak leherku yang
jenjang dan mulus dan terus terang aku seperti terpesona oleh keadaan
diriku yang seperti itu. dan memang benar aku terlihat lebih seksi.
Dan saat terpesona itu tiba-tiba tangan Bram meraba leherku dan
membuatku geli dan detik berikutnya Bram telah menempelkan bibirnya di
leher belakangku, daerah yang paling sensitif buatku sehingga aku
lemas dan masih dengan memegang gelas Bram yang telah menyudutkanku di
dinding dan menciumi leherku dari depan. “Bram apa yang kamu
lakukan..lepaskan aku Bram..lepas..!”,rontaku tapi Bram tahu aku tidak
akan berteriak di suasana ini karena akan mempermalukan semua orang.
Bram terus menyerangku dengan kedua tanganku memegang gelas dia bebas
meraba buah dadaku dari luar dan terus menciumi leherku, sambil
meronta-ronta aku merasakan gairahku meningkat, apalagi saat tiba-tiba
tangan Bram mulai meraba belahan bawah gaunku hingga ke
selangkanganku. “Bram..hentikan Bram aku mohon..tolong Bram..jangan
lakukan itu..”,rintihku, tapi Bram terus menyerang dan jari tengah
tangannya sampai di bibir vaginaku yang ternyata telah basah karena
serangan itu. Dia menyadari kalau aku hanya mengenakan G-string hitam
dengan kaitan di pinggirnya, lalu dengan sekali sentakan dia
menariknya dan terlepaslah G-stringku. Aku terpekik pelan apalagi
merasakan ada benda keras mengganjal pahaku. Ketika Bram sudah semakin
liar dan akupun tidak dapat melepaskan, tiba-tiba terdengar suara Roni
memanggil dari pinggir tangga yang membuat pegangan himpitan Bram
terlepas, lalu aku langsung lari sambil merapikan pakaian ku menuju
Roni yang tidak melihat kami dan meninggalkan Bram dengan G-string
hitamku. Aku sungguh terkejut dengan kejadian itu tapi tanpa disadari
aku merasakan gairah yang cukup tinggi merasakan tantangan melakukan
di tempat umum walau dalam kategori diperkosa.
Ternyata pesta malam itu berlangsung hingga larut malam dan Roni
mengatakan dia harus melakukan meeting dengan customer dan atasannya
dan dia memutuskan aku untuk pulang bersama Bram. Tanpa bisa menolak
akhirnya malam itu aku diantar Bram, diperjalanan dia hanya
mengakatakan “Maaf Sinta..kamu sungguh cantik malam ini.” Sepanjang
jalan kami tidak berbicara apaun. Hingga sampai dirumah aku langsung
masuk ke dalam kamar dan menelungkupkan diri di kasur, aku merasakan
hal yang aneh antara malu aku baru saja mengalami perkosaan kecil dan
perasaan malu mengakui bahwa aku terangsang hebat oleh serangan itu
dan masih menyisakan gairah. Tanpa sadar ternyata Bram telah mengunci
semua pintu dan masuk ke dalam kamarku, aku terkejut ketika mendengar
suaranya’, “Sinta aku ingin mengembalikan ini”‘ katanya sambil
menyerahkan G-stringku berdiri dengan celana pendek saja, dengan
berdiri aku ambil G-stringku dengan cepat, tapi saat itu juga Bram
telah menyergapku lagi dan langsung menciumiku sambil langsung menarik
kaitan gaun malamku, maka bugilah aku diahadapannya. Tanpa menunggu
banyak waktu aku langsung dijatuhkan di tempat tidur dan dia langsung
menindihku. Aku meronta-ronta sambil menendang-nendang?”Bram..lepaskan
aku Bram..ingat kau teman suamiku Bram..jangan..ahh..aku mohon”,
erangku ditengah rasa bingung antara nafsu dan malu, tapi Bram terus
menekan hingga aku berteriak saat penisnya menyeruak masuk ke dalam
vaginaku, ternyata dia sudah siap dengan hanya memakai celana pendek
saja tanpa celana dalam.
“Ahhhh?Braam..kau..:’ Lalu mulailah dia memompaku dan lepaslah
perlawananku, akhirnya aku hanya menutup mata dan menangis
pelan..clok..clok..clok..aku mendengar suara penisnya yang besar
keluar masuk di dalam vaginaku yang sudah sangat basah hingga
memudahkan penisnya bergerak. Lama sekali dia memompaku dan aku hanya
terbaring mendengar desah nafasnya di telingaku, tak berdaya walau
dalam hati menikmatinya. Sampai kurang lebih satu jam aku akhirnya
melenguh panjang “Ahhh?..” ternyata aku orgasme terlebih dahulu,
sungguh aku sangat malu mengalami perkosaan yang aku nikmati. Sepuluh
menit kemudian Bram mempercepat pompaannya lalu terdengar suara Bram
di telingaku “Ahhh..hmmfff?” aku merasakan vaginaku penuh dengan
cairan kental dan hangat sekitar tiga puluh deti kemudian Bram
terkulai di atasku.
“Maaf Sinta aku tak kuasa menahan nafsuku..”bisiknya pelan lalu
berdiri dan meninggalkanku terbaring dan menerawang. hinga tertidur
Aku tak tahu jam berapa Roni pulang hingga pagi harinya.
Esok paginya di hari sabtu seperti biasa aku berenang di kolam renang
belakang,, Roni dan Bram berpamitan untuk nerangkat ke kantor. Karena
tak ada seorang pun aku memberanikan diri untuk berenang tanpa
pakaian. Saat asiknya berenang tanpa disadari, Bram ternyata beralasan
tidak enak badan dan kembali pulang, karena Roni sangat mempercayainya
maka dia izinkan Bram pulang sendiri. Bram masuk dengan kunci milik
Roni dan melihat aku sedang berenang tanpa pakaian. Lalu dia bergerak
ke kolam renag dan melepaskan seluruh pakaiannya, saat itulah aku
sadari kedatangannya, “Bram..kenapa kau ada di sini?” tanyaku, “Tenang
Sinta suaimu ada di kantor sedang sibuk dengan pekerjaannya”, aku
melihat tubuhnya yang kekar dan penisnya yang besar mengangguk angguk
saat dia berjalan telanjang masuk ke dalam kolam “Pantas sajaku
semalam vaginaku terasa penuh sekali”‘pikirku. Aku buru-buru berenang
menjauh tetai tidak berani keluar dr dalam kolam karena tidak
mengenakan pakaian apapun juga. Saat aku bersandar di pingiran sisi
lain kolam, aku tidak melihat ada tanda2 Bram di dalam kolam. Aku
mencari ke sekeliling kolam dan tiba-tiba aku merasakan vaginaku
hangat sekali, ternyata Bram ada di bawah air dan sedang menjilati
vaginaku sambil memegang kedua kakiku tanpa bisa meronta.
Akhirnya aku hanya bisa merasakan lidahnya merayapai seluruh sisi
vaginaku dan memasuki liang senggamaku..aku hanya menggigit bibir
menahan gairah yang masih bergelora dari semalam. Cukup lama dia
mengerjai vaginaku, nafasnya kuat sekali pikirku. Detik berikutnya
yang aku tahu dia telah berada di depanku dan penisnya yang besar
telah meneyruak menggantian lidahnya? “Arrgghh..” erangku menahan
nikmat yang sudah seminggu ini tidak tersentuh oleh Roni. Akhirnya aku
membiarkan dia memperkosaku kembali dengan berdiri di dalam kolam
renang. Sekarang aku hanya memeluknya saja dan membiarkan dia
menjilati buah dadaku sambil terus memasukan penisnya keluar masuk.
Bahkan saat dia tarik aku ke luar kolam aku hanya menurutinya saja,
gila aku mulai menikamti perkosaan ini, pikirku, tapi ternyata
gairahku telah menutupi kenyataan bahwa aku sedang diperkosa oleh
teman suamiku. Dan di pinggir kolam dia membaringkanku lalu mulai
menyetubuhi kembai tubuh mulusku..”Kau sangat cantik dan seksi
Sinta..ahh” bisiknya ditelingaku.
Aku hanya memejamkan mata berpura-pura tidak menikmatinya, padahal
kalau aku jujur aku sangat ingin memeluk dan menggoyangkan pantatku
mengimbangi goyangan liarnya. Hanya suara eranggannya dan suara
penisnya maju mundur di dalam vaginaku, clok..clok..clep..dia tahu
bahwa aku sudah berada dalam kekuasaannya. Beberapa saat kemudian
kembali aku yang mengalami orgasme diawali eranganku “Ahhh..” aku
menggigit keras bibirku sambil memegang keras pinggiran kolam,
“Nikmati sayang?”demikian bisiknya menyadari aku mengalami orgasme.
Sebentar kemudian Bram lah yang berteriak panjang, “Kau hebat
Sinta..aku cinta kau..AAHHH..HHH” dan aku merasakan semburan kuat di
dalam vaginaku. Gila hebat sekali dia bisa membuatku menikmatinya
pikirku. Setelah dia mencabut penisnya yang masih terasa besar dan
keras, aku reflek menamparnya dan memalingkan wajahku darinya. Aku tak
tahu apakah tamparan itu berarti kekesalanku padanya atau karena dia
mencabut penisnya dari vaginaku yang masih lapar.
Setelah Roni pulang herannya aku tidak menceritakan kejadian malam
lalu dan pagi tadi, aku berharap Roni dapat memberikan kepuasan
padaku. Dengan hanya menggenakan kimono dengan tali depan aku dekati
Roni yang masih asik di depan komputernya di dalam kamar, lalu aku
buka tali kimonoku dan kugesekan buah dadaku yang besar itu ke
kepalanya dari belakang, berharap da berbalik dan menyerangku. Ternyta
yang kudapatkan adalah bentakannya “Sinta..apakah kamu tak bisa
melihat kalau aku sedang sibuk? Jangan kau ganggu aku dulu..ini untuk
masa depan kita” teriaknya keras. Aku yakin Bram juga mendengar
teriakannya. Aku terkejut dan menangis, lalu aku keluar kamar dengan
membanting pintu, lalu aku pergi ke pinggir kolam dan duduk di sana
merenung dan menahan nafsu. Dari kolam aku bisa melihat bayangan di
Roni di depan komputer dan lampu di kamar Bram. Tampak samar-samar
Bram keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi
tubuhnya. Karena di luar gelap tak mungkin dia melihatku.
Tanpa sadar aku mendekat ke jendelanya dan memperhatikan Bram
mengeringkan tubuh. Gila kekar sekali tubuhnya dan yang menarik
perhatianku adalah penisnya yang besar dan tegang mengangguk-angguk
bergoyang sekanan memanggilku. Aku malu sekali mengagumi dan
mengaharapkan kembali penis itu masuk ke dalam vaginaku yang memang
masih haus. Perlahan aku membelai-belai vaginaku hingga terasa basah,
akhirnya aku memutuskan untuk memintanya pada Bram, dengan hati yang
berdebar kencang dan nafsu yang sudah menutupi kesadaran, aku nekat
masuk ke dalam kamar Bram dan langsung mengunci pintu dari dalam. Bram
sangat terkejut “Sinta..apa yang kamu lakukan?”, aku hanya menempelkan
telunjuk di bibirku dan memberi isyarat agar tidak bersuara karena
Roni ada di kamar seberang. Langsung aku membuka pakaian tidurku dan
terpampanglah tubuh putih mulusku tanpa sehelai benagpun di
hadapannya, Bram hanya terperangah dan menatap kagum pada tubuhku.
Bram tersenyum sambil memperlihatkan penisnya yang semakin membesar
dan tampak berotot. Dengan segera aku langsung berlutut di hadapannya
dan mengulum penisnya, Bram yang masih terkejut dengan kejadian ini
hanya mendesah perlahan merasakan penisnya aku kulum dan hisap dengan
nafsuku yang sudah memuncak.
Sambil mulutku tetap di dalam penisnya aku perlahan naik ke atas
tempat tidur dan menempatkan vaginaku di mulut Bram yang sudah
terbaring, dia mengerti maksudku dan langsung saja lidahnya melahap
vaginaku yang sudah sangat basah, cukup lama kami dalam posisi itu,
terinat akan Roni yang bisa saja tiba-tiba datang aku langsung
mengambil inisiatif untuk merubah posisi dan perlahan duduk di atas
penisnya yang sudah mengacung tegang dan besar panjang. Perlahan aku
arahkan dan masukan ke dalam lubang vaginaku, rasanya berbeda dengan
saat aku diperkosanya, perlahan tapi pasti aku merasaskan suatu
sensasi yang amat besar sampai akhirnya keseluruhan batang penis Bram
masuk ke dalam vaginaku “Ahh..sssfff..Braaam!” erangku perlahan
menahan suara gairahku agar tidak terdengar, aku merasakan seluruh
penisnya memenuhi vaginaku dan menyentuh rahimku. Sungguh suatu
sensasi yang tak terbayangkan, dan sensasi itu semakin bertambah saat
aku mulai menggoyangkan pantatku naik turun sementara tangan Bram
dengan puasnya terus memainkan kedua buah dadaku memuntir-muntir
putingku hingga berwarna kemerahan dan keras “ahh..ahh..” demikian
erangan kami perlahan mengiringi suara penisnya yan keluar masuk
vaginaku clok..clok..clok? Tak tahan dengan nafsunya mendadak Bram
duduk dan mengulum buah dadaku dengan rakusnya bergantian kiri kanan
bergerak ke leher dan terus lagi. Aku sungguh tak dapat menahan gairah
yang selama ini terpendam.
Mungkin karena nafsu yang sudah sangat tertahan atau takut Roni
mendengar tak kuasa aku melepaskan puncak gairahku yang pertama sambil
mendekap erat Bram dan menggigit pundaknya agar tidak bersuara,
kudekap erta Bram seakan tak dapat dilepaskan mengiringi puncak
orgasmeku. Bram merasakan penisnya disiram cairan hangat dan tahu
bahwa aku mengalami orgasme dan membiarkanku mendekapnya sangat erat
sambil memelukku dengan belaian hangatnya. Selesai aku orgasme sekiat
30 detik, Bram membalikan aku dengan penisnya masih tertancap di dalam
vaginaku. Bram mulai mencumbuku dengan menjilati leher dan putingku
perlahan, entah mengapa aku kembali bernafsu dan membalas ciumannya
denga mesra, lidah kami saling berpagutan dan Bram merasakan penisnya
kembali dapat keluar masuk dengan mudah karena vaginaku sudah kembali
basah dan siap menerima serangan berikutnya. Dan Bram langsung memompa
penisnya dengan semangat dan cepat membuat tubuhku bergoyang dan buah
dadaku bergerak naik turun dan sungguh suara yang timbul antara
erangan kami berdua yang tertahan derit tempat tidur dan suara
penisnya keluar masuk di vaginaku kembali membakar gairahku dan aku
bergerak menaik turunkan pantatku untuk mengimbangi Bram.
Dan benar saja 10 menit kemudian aku sampai pada puncak orgasme yang
kedua, dengan meletakan kedua kakiku dan menekan keras pantatnya
hingga penisnya menyentuh rahimku. Kupeluk Bram dengan erat yang
membiarkan aku menikmati deburan ombak kenikmatan yang menyerangku
berkali-kali bersamaan keluarnya cairanku. Kugigit bibirku agar tidak
mengeluarkan suara, cukup lama aku dalam keadaan ini dan anehnya
setelah selesai aku berada dalam puncak ternyata aku sudah kembali
mengimbangi gerakan Bram dengan menaik turunkan pantatku. Saat itulah
kudengar pintu kamarku terbuka dan detik berikutnya pintu kamar Bram
diketuk Roni, “Bram..kau sudah tidur?”, demikian ketuk Roni. Langsung
saja Bram melepaskan pelukannya dan menyuruhku bersembunyi di kamar
mandi. Sempat menyambar pakaian tidurku yang tergeletak di lantai aku
langsung lari ke kamar mandi dan mengunci dari luar. Sungguh hatiku
berdebar dengan kerasnya membayangkan apa jadinya jika aku ketahuan
suamiku.
Bram dengan santai dan masih bertelanjang membuka pintu dan mengajak
Roni masuk, Roni sempat terkejut melihat Bram telanjang,”Sedang apa
kamu Bram” tanpa curiga dengan tempat tidur yang berantakan yang kalau
diperhatikan dari dekat ada cairan kenikmatanku. Bram hanya tersenyum
dan mengatakan,”Mau tau aja..” Dasar Roni dia langsung membicarakan
suatu hal pekerjaan dan mereka terlibat pembicaraan itu. Kurang lebih
sepuluh menit mereka berbicara dan sepuluh menit juga hatiku sungguh
berdebar-debar tapi anehnya dengan keadaan ini nafsuku sungguh semakin
menjadi-jadi. Setelah Roni keluar, Bram kembali mengunci pintu kamar
dan mengetuk kamar mandi perlahan,”Sinta buka pintunya..sudah aman”.
Begitu aku buka pintunya Bram langsung menarik aku dan mendudukanku di
meja dekat kamar mandi, langsung saja dibukanya kedua kakiku dan bless
penisnya kembali memenuhi vaginaku “Ahhh..ahh..” erangan kami berdua
kembali terdengar perlahan sambil terus menggoyangkan pantatnya maju
mundur Bram melahap buah dadaku dan putingku.
Sepuluh menit berlalu dan goyang Bram semakin cepat sehingga aku tahu
dia akan mencapai puncaknya, dan akupun merasakan hal yang sama
“Braaam lebih cepat sayang aku sudah hampir keluar..” desahku “Tahan
sayang kita bersamaan keluarnya”, dan benar saja saat kurasakan
maninya menyembur deras dalam vaginaku aku mengalami orgasme yang
ketiga dan lebih hebat dari yang pertama dan kedua, kami saling
berpelukan erat dan menikmati puncak gairah itu bersamaan.
“Braaammm..,” desahku tertahan. “Ahhh Sinta..kau hebat..” demikian
katanya. Akhirnya kami saling berpelukan lemas berdua, sungguh suatu
pertempuran yang sangat melelahkan. Saat kulirik jam ternyata sudah
dua jam kami bergumul. “Terima kasih Bram..kau hebat..” kataku dengan
kecupan mesra dan langsung memakai pakaian tidurku kembali dan kembali
ke kamarku. Roni tidak curiga sama sekali dan tetap berkutat dengan
komputernya dan tidak menghiraukanku yang langsung berbaring tanpa
melepas pakaianku seperti biasanya karena aku tahu ada bekas ciuman
Bram di sekujur buah dadaku. Malam itu aku merasa sangat bersalah pada
Roni tapi di lain sisi aku merasa sangat puas dan tidur dengan
nyenyaknya.
Esoknya seperti biasa di hari Minggu aku dan Roni berenang di pagi
hari tetapi mengingat adanya Bram, kami yang biasanya berenang
bertelanjang akhirnya memutuskan memakai pakaian renag, aku syukuri
karena hal ini dapat menutupi buah dadaku yang masih memar karena
gigitan Bram. Saat kami berenang aku menyadari bahwa Bram sedang
menatap kami dari kamarnya. Dan saat Roni sedang asyik berenang
kulihat Bram memanggilku dengan tangannya dan yang membuat aku
terkejut dia menunjukan penisnya yang sudah mengacung besar dan
tegang. Seperti di hipnotis aku nekat berjalan ke dalam.”Ron aku mau
ke dalam ambil makanan ya..!” kataku pada Roni, dia hanya mengiyakan
sambil terus berenang, Roni memang sangat hobi berenang bisa 2 jam
nonstop tanpa berhenti.
Aku dengan tergesa masuk ke dalam dan menuju kamar Bram. Di sana Bram
sudah menunggu dan tak sabar dia melucuti pakain renangku yang memang
hanya menggunakan tali sebagai pengikatnya. “Gila kamu Bram..bisa
ketahuan Roni lho,” protesku tanpa perlawanan karena aku sendiri
sangat bergairah oleh tantangan ini. dan dengan kasar dia menciumi
punggungku sambil meremas buah dadaku “Tapi kamu menikmatinya khan?!,”
goda Bram sambil mencium leher belakangku. Dan aku hanya mendesah
menahan nikmat dan tantangan ini. Yang lebih gila Bram menarikku ke
jendela dan masih dari belakang dia meremas-remas buah dadaku dan
meciumi punggung hingga pantatku, “Gila kau Bram, Roni bisa melihat
kita,” tapi anehnya aku tidak berontak sama sekali dan memperhatikan
Roni yang benar-benar sangat menikamti renangnya. Di kamar Bram pun
aku sangat menikmati sentuhan Bram. “Sinta kamu suka ini khan?”
tanyanya sambil dengan keras menusukan penisnya ke dalam vaginaku dari
belakang. “AHH..Bram..” teriakku kaget dan nikmat, sekarang aku berani
bersuara lebih kencang karena tahu Roni tidak akan mendengarnya.
Langsung saja Bram memaju mundurkan penisnya di vaginaku..”Ahh.. Bram
lebih kencang..fuck me Bram..puaskan aku Bram..penismu sungguh luar
biasa..Bram aku sayang kamu..” teriakku tak keruan dengan masih
memperhatikan Roni.
Bram mengimbangi dengan gerakan yang liar hingga vaginaku terasa lebih
dalam lagi tersentuh penisnya dengan posisi ini,”Sinta..khhaau
hhebat..” desahnya sambil terus menekanku, kalau saja Roni melihat
sejenak ke kamar Bram maka dia akn sangat terkejut meilhat pemandangan
ini, istrinya sedang bercinta dengan rekan kerjanya. Ternyata kami
memang bisa saling mengimbangi, kali ini dalam waktu 20 menit kami
sudah mencapai puncak secara bersamaan “Teruuus Bram lebih
khheeenncang..ahhhh aku keluar Braaaaam”, teriaku. “Aaakuu juga
Tyyaaasss..nikkkkmat ssekali mmmeemeekmu..aahhhhh.” teriaknya
bersamaan dengan puncak kenikmatan yang datang bersamaan. Setelah itu
aku langsung mencium bibirnya dan kembali mengenakan pakaian renangku
dan kembali berenang bersama Roni yang tidak menyadari kejadian itu.
Setelah itu hari-hari berikutnya sungguh mendatangkan gairah baru
dalam hidupku dengan tantangan bercinta bersama Bram. Pernah suatu
saat ketika akhirnya Roni mau bercinta denganku di suatu malam hingga
akhirnya dia tertidur kelelahan, aku hendak mengambil susu di dapur
dan karena sudah larut malam aku nekat tidak mengenakan pakaian
apapun. Saat aku membungkuk di depan lemari es sekelebat ku lihat
bayangan di belakangku sebelum aku menyadari Bram sudah di belakangku
dan langsung menubruku dari belakang. Penisnya langsung menusuk
vaginaku yang membuatku hanya tersedak dan menahan nikmat tiba-tiba
ini. Kami bergumul di lantai dapur lalu dia mengambil kursi dan duduk
di atasnya sambil memangku aku, “Bram kamu nakal” desahku yang juga
menikmatinya dan kami bercinta hingga hampir pagi di dapur. Sungguh
bersama Bram kudapatkan gairah terpendamku selama ini. Akhirnya ketika
proyek kantor Roni selesai Bram harus pergi dari rumah kami dan malam
sebelum pergi aku dan Bram menyempatkan bercinta kembali. Begitulah
cerita dewasa perselingkuhan dengan teman suamiku sendiri itu terjadi.
sumber >>
sepakat utk tidak punya anak terlebih dahulu dan kehidupan seks kami
baik-baik saja, Roni dapat memenuhi kebutuhan seks ku yang boleh
dibilang agak hyper sex.. sehari bisa minta bersetubuh 2 sesi, pagi
sebelum Roni berangkat kerja dan malam sebelum tidur.
Dan cerita dewasa ini berawal dari kesuksesan Roni bekerja di
kantornya dan mendapat kepercayaan dari sang atasan yang sangat baik.
Kepercayaan ini membuat dia sering harus bekerja overtime, pada
awalnya aku bisa menerima semua itu tetapi kelamaan kebutuhan ini
harus dipenuhi juga dan itulah yang membuat kami sering bertengkar
karena kadang Roni harus berangkat lebih pagi dan lewat tengah malam
baru pulang.
Dan mulailah cerita dewasa ini ketika Roni mendapat tanggung jawab
untuk menangani suatu proyek dan dia dibantu oleh rekan kerjanya Bram
dari luar kota. Pertama diperkenalkan Bram langsung seperti terkesima
dan sering menatapku, hal itu membuatku risih. Bram cukup tampan gagah
dan kekar.
Karena tuntutan pekerjaan dan efisiensi, kantor Roni memutuskan agar
Bram tinggal di rumah kami utk sementara. Dan memang mereka berdua
sering bekerja hingga larut malam di rumah kami. Bram tidur di kamar
persis di seberang kamar kami.
Sering di malam hari aku berpamitan tidur matanya yang nakal suka
mencuri pandang diantara sela-sela baju tidur yang aku kenakan. Aku
memang senang tidur bertelanjang agar jika Roni datang bisa langsung
bercinta.
Pernah suatu saat ketika pagi hari kami aku dan Roni bercinta di dapur
waktu masih pagi sekali dengan posisiku duduk di meja dan Roni dari
depan, tiba-tiba Bram muncul dan melihat kami, dia menempelkan
telunjuk dimulutnya agar aku tidak menghentikan kegiatan kami, karena
kami sedang dalam puncaknya dan Roni yang membelakangi Bram dan aku
juga tidak tega menghentikan Roni, akhirnya ku biarkan Bram melihat
kami bercinta tanpa Roni sadari hingga kami berdua orgasme. Dan aku
tahu Bram melihat tubuh telanjangku ketika Roni melepaskan penisnya
dan terjongkok di bawah meja.
Setelah kejadian itu Bram lebih sering memperhatikan tiap lekuk
tubuhku.
Sampai suatu waktu ketika pekerjaan Roni benar2 sibuk sehingga hampir
seminggu tidak menyentuhku. Di hari Jum’at kantor tempat Roni bekerja
mengadakan pesta dinner bersama di rumah atasan Roni . Rumahnya
terdiri dari dua lantai yang sangat mewah di lantai 2 ada semacam
galeri barang2 antik. Kami datang bertiga dan malam itu aku mengenakan
pakaian yang sangat seksi, gaun malam warna merah yang terbuka di
bagian belakang dan hanya dikaitkan di belakang leher oleh kaitan
kecil sehingga tidak memungkinkan memakai BH, bagian bawahpun terdapat
sobekan panjang hingga sejengkal di atas lutut, malam itu saya merasa
sangat seksi dan Bram pun sempat terpana melihatku keluar dari kamar.
Sebelum berangkat aku dan Roni sempat bercinta di kamar dan tanpa
sepengetahuan kami ternya Bram mengintip lewat pintu yang memang kami
ceroboh tidak tertutup sehingga menyisakan celah yang cukup untu
melihat kami dari pantulan cermin, sayangnya karena letih atau
terburu-buru mau pergi Roni orgasme terlebih dahulu dan aku
dibiarkannya tertahan. Dan Bram mengetahui hal itu.
Malam itu ketika acara sangat ramai tiba-tiba Roni dipanggil oleh
atasannya untuk diperkenalkan oleh customer. Roni berkata padaku untuk
menunggu sebentar, sambil menunggu aku ke lantai 2 untuk melihat
barang2 antik, di lantai 2 ternyata keadaan cukup sepi hanya 2-3 orang
yang melihat-lihat di ruangan yang besar itu. Aku sangat tertarik oleh
sebuah cermin besar di pojokan ruangan, tanpa takut aku melihat ke
sana dan mengaguminya juga sekaligus mengagumi keseksian tubuhku di
depan cermin, tanpa ku sadari di sampingku sudah berada Bram .
“Udah nanti kacanya pecah lho..cakep deh..!”, canda Bram
“Ah bisa aja kamu Bram”,balasku tersipu.
Setelah berbincang2 di depan cermin cukup lama Bram meminta tolong
dipegangkan gelasnya sehingga kedua tanganku memegang gelasnya dan
gelasku.
“Aku bisa membuat kamu tampak lebih seksi”,katanya sambil langsung
memegang rambutku yang tergerai dengan sangat lembut. Tanpa bisa
mengelak dia telah menggulung rambutku sehingga menampak leherku yang
jenjang dan mulus dan terus terang aku seperti terpesona oleh keadaan
diriku yang seperti itu. dan memang benar aku terlihat lebih seksi.
Dan saat terpesona itu tiba-tiba tangan Bram meraba leherku dan
membuatku geli dan detik berikutnya Bram telah menempelkan bibirnya di
leher belakangku, daerah yang paling sensitif buatku sehingga aku
lemas dan masih dengan memegang gelas Bram yang telah menyudutkanku di
dinding dan menciumi leherku dari depan. “Bram apa yang kamu
lakukan..lepaskan aku Bram..lepas..!”,rontaku tapi Bram tahu aku tidak
akan berteriak di suasana ini karena akan mempermalukan semua orang.
Bram terus menyerangku dengan kedua tanganku memegang gelas dia bebas
meraba buah dadaku dari luar dan terus menciumi leherku, sambil
meronta-ronta aku merasakan gairahku meningkat, apalagi saat tiba-tiba
tangan Bram mulai meraba belahan bawah gaunku hingga ke
selangkanganku. “Bram..hentikan Bram aku mohon..tolong Bram..jangan
lakukan itu..”,rintihku, tapi Bram terus menyerang dan jari tengah
tangannya sampai di bibir vaginaku yang ternyata telah basah karena
serangan itu. Dia menyadari kalau aku hanya mengenakan G-string hitam
dengan kaitan di pinggirnya, lalu dengan sekali sentakan dia
menariknya dan terlepaslah G-stringku. Aku terpekik pelan apalagi
merasakan ada benda keras mengganjal pahaku. Ketika Bram sudah semakin
liar dan akupun tidak dapat melepaskan, tiba-tiba terdengar suara Roni
memanggil dari pinggir tangga yang membuat pegangan himpitan Bram
terlepas, lalu aku langsung lari sambil merapikan pakaian ku menuju
Roni yang tidak melihat kami dan meninggalkan Bram dengan G-string
hitamku. Aku sungguh terkejut dengan kejadian itu tapi tanpa disadari
aku merasakan gairah yang cukup tinggi merasakan tantangan melakukan
di tempat umum walau dalam kategori diperkosa.
Ternyata pesta malam itu berlangsung hingga larut malam dan Roni
mengatakan dia harus melakukan meeting dengan customer dan atasannya
dan dia memutuskan aku untuk pulang bersama Bram. Tanpa bisa menolak
akhirnya malam itu aku diantar Bram, diperjalanan dia hanya
mengakatakan “Maaf Sinta..kamu sungguh cantik malam ini.” Sepanjang
jalan kami tidak berbicara apaun. Hingga sampai dirumah aku langsung
masuk ke dalam kamar dan menelungkupkan diri di kasur, aku merasakan
hal yang aneh antara malu aku baru saja mengalami perkosaan kecil dan
perasaan malu mengakui bahwa aku terangsang hebat oleh serangan itu
dan masih menyisakan gairah. Tanpa sadar ternyata Bram telah mengunci
semua pintu dan masuk ke dalam kamarku, aku terkejut ketika mendengar
suaranya’, “Sinta aku ingin mengembalikan ini”‘ katanya sambil
menyerahkan G-stringku berdiri dengan celana pendek saja, dengan
berdiri aku ambil G-stringku dengan cepat, tapi saat itu juga Bram
telah menyergapku lagi dan langsung menciumiku sambil langsung menarik
kaitan gaun malamku, maka bugilah aku diahadapannya. Tanpa menunggu
banyak waktu aku langsung dijatuhkan di tempat tidur dan dia langsung
menindihku. Aku meronta-ronta sambil menendang-nendang?”Bram..lepaskan
aku Bram..ingat kau teman suamiku Bram..jangan..ahh..aku mohon”,
erangku ditengah rasa bingung antara nafsu dan malu, tapi Bram terus
menekan hingga aku berteriak saat penisnya menyeruak masuk ke dalam
vaginaku, ternyata dia sudah siap dengan hanya memakai celana pendek
saja tanpa celana dalam.
“Ahhhh?Braam..kau..:’ Lalu mulailah dia memompaku dan lepaslah
perlawananku, akhirnya aku hanya menutup mata dan menangis
pelan..clok..clok..clok..aku mendengar suara penisnya yang besar
keluar masuk di dalam vaginaku yang sudah sangat basah hingga
memudahkan penisnya bergerak. Lama sekali dia memompaku dan aku hanya
terbaring mendengar desah nafasnya di telingaku, tak berdaya walau
dalam hati menikmatinya. Sampai kurang lebih satu jam aku akhirnya
melenguh panjang “Ahhh?..” ternyata aku orgasme terlebih dahulu,
sungguh aku sangat malu mengalami perkosaan yang aku nikmati. Sepuluh
menit kemudian Bram mempercepat pompaannya lalu terdengar suara Bram
di telingaku “Ahhh..hmmfff?” aku merasakan vaginaku penuh dengan
cairan kental dan hangat sekitar tiga puluh deti kemudian Bram
terkulai di atasku.
“Maaf Sinta aku tak kuasa menahan nafsuku..”bisiknya pelan lalu
berdiri dan meninggalkanku terbaring dan menerawang. hinga tertidur
Aku tak tahu jam berapa Roni pulang hingga pagi harinya.
Esok paginya di hari sabtu seperti biasa aku berenang di kolam renang
belakang,, Roni dan Bram berpamitan untuk nerangkat ke kantor. Karena
tak ada seorang pun aku memberanikan diri untuk berenang tanpa
pakaian. Saat asiknya berenang tanpa disadari, Bram ternyata beralasan
tidak enak badan dan kembali pulang, karena Roni sangat mempercayainya
maka dia izinkan Bram pulang sendiri. Bram masuk dengan kunci milik
Roni dan melihat aku sedang berenang tanpa pakaian. Lalu dia bergerak
ke kolam renag dan melepaskan seluruh pakaiannya, saat itulah aku
sadari kedatangannya, “Bram..kenapa kau ada di sini?” tanyaku, “Tenang
Sinta suaimu ada di kantor sedang sibuk dengan pekerjaannya”, aku
melihat tubuhnya yang kekar dan penisnya yang besar mengangguk angguk
saat dia berjalan telanjang masuk ke dalam kolam “Pantas sajaku
semalam vaginaku terasa penuh sekali”‘pikirku. Aku buru-buru berenang
menjauh tetai tidak berani keluar dr dalam kolam karena tidak
mengenakan pakaian apapun juga. Saat aku bersandar di pingiran sisi
lain kolam, aku tidak melihat ada tanda2 Bram di dalam kolam. Aku
mencari ke sekeliling kolam dan tiba-tiba aku merasakan vaginaku
hangat sekali, ternyata Bram ada di bawah air dan sedang menjilati
vaginaku sambil memegang kedua kakiku tanpa bisa meronta.
Akhirnya aku hanya bisa merasakan lidahnya merayapai seluruh sisi
vaginaku dan memasuki liang senggamaku..aku hanya menggigit bibir
menahan gairah yang masih bergelora dari semalam. Cukup lama dia
mengerjai vaginaku, nafasnya kuat sekali pikirku. Detik berikutnya
yang aku tahu dia telah berada di depanku dan penisnya yang besar
telah meneyruak menggantian lidahnya? “Arrgghh..” erangku menahan
nikmat yang sudah seminggu ini tidak tersentuh oleh Roni. Akhirnya aku
membiarkan dia memperkosaku kembali dengan berdiri di dalam kolam
renang. Sekarang aku hanya memeluknya saja dan membiarkan dia
menjilati buah dadaku sambil terus memasukan penisnya keluar masuk.
Bahkan saat dia tarik aku ke luar kolam aku hanya menurutinya saja,
gila aku mulai menikamti perkosaan ini, pikirku, tapi ternyata
gairahku telah menutupi kenyataan bahwa aku sedang diperkosa oleh
teman suamiku. Dan di pinggir kolam dia membaringkanku lalu mulai
menyetubuhi kembai tubuh mulusku..”Kau sangat cantik dan seksi
Sinta..ahh” bisiknya ditelingaku.
Aku hanya memejamkan mata berpura-pura tidak menikmatinya, padahal
kalau aku jujur aku sangat ingin memeluk dan menggoyangkan pantatku
mengimbangi goyangan liarnya. Hanya suara eranggannya dan suara
penisnya maju mundur di dalam vaginaku, clok..clok..clep..dia tahu
bahwa aku sudah berada dalam kekuasaannya. Beberapa saat kemudian
kembali aku yang mengalami orgasme diawali eranganku “Ahhh..” aku
menggigit keras bibirku sambil memegang keras pinggiran kolam,
“Nikmati sayang?”demikian bisiknya menyadari aku mengalami orgasme.
Sebentar kemudian Bram lah yang berteriak panjang, “Kau hebat
Sinta..aku cinta kau..AAHHH..HHH” dan aku merasakan semburan kuat di
dalam vaginaku. Gila hebat sekali dia bisa membuatku menikmatinya
pikirku. Setelah dia mencabut penisnya yang masih terasa besar dan
keras, aku reflek menamparnya dan memalingkan wajahku darinya. Aku tak
tahu apakah tamparan itu berarti kekesalanku padanya atau karena dia
mencabut penisnya dari vaginaku yang masih lapar.
Setelah Roni pulang herannya aku tidak menceritakan kejadian malam
lalu dan pagi tadi, aku berharap Roni dapat memberikan kepuasan
padaku. Dengan hanya menggenakan kimono dengan tali depan aku dekati
Roni yang masih asik di depan komputernya di dalam kamar, lalu aku
buka tali kimonoku dan kugesekan buah dadaku yang besar itu ke
kepalanya dari belakang, berharap da berbalik dan menyerangku. Ternyta
yang kudapatkan adalah bentakannya “Sinta..apakah kamu tak bisa
melihat kalau aku sedang sibuk? Jangan kau ganggu aku dulu..ini untuk
masa depan kita” teriaknya keras. Aku yakin Bram juga mendengar
teriakannya. Aku terkejut dan menangis, lalu aku keluar kamar dengan
membanting pintu, lalu aku pergi ke pinggir kolam dan duduk di sana
merenung dan menahan nafsu. Dari kolam aku bisa melihat bayangan di
Roni di depan komputer dan lampu di kamar Bram. Tampak samar-samar
Bram keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi
tubuhnya. Karena di luar gelap tak mungkin dia melihatku.
Tanpa sadar aku mendekat ke jendelanya dan memperhatikan Bram
mengeringkan tubuh. Gila kekar sekali tubuhnya dan yang menarik
perhatianku adalah penisnya yang besar dan tegang mengangguk-angguk
bergoyang sekanan memanggilku. Aku malu sekali mengagumi dan
mengaharapkan kembali penis itu masuk ke dalam vaginaku yang memang
masih haus. Perlahan aku membelai-belai vaginaku hingga terasa basah,
akhirnya aku memutuskan untuk memintanya pada Bram, dengan hati yang
berdebar kencang dan nafsu yang sudah menutupi kesadaran, aku nekat
masuk ke dalam kamar Bram dan langsung mengunci pintu dari dalam. Bram
sangat terkejut “Sinta..apa yang kamu lakukan?”, aku hanya menempelkan
telunjuk di bibirku dan memberi isyarat agar tidak bersuara karena
Roni ada di kamar seberang. Langsung aku membuka pakaian tidurku dan
terpampanglah tubuh putih mulusku tanpa sehelai benagpun di
hadapannya, Bram hanya terperangah dan menatap kagum pada tubuhku.
Bram tersenyum sambil memperlihatkan penisnya yang semakin membesar
dan tampak berotot. Dengan segera aku langsung berlutut di hadapannya
dan mengulum penisnya, Bram yang masih terkejut dengan kejadian ini
hanya mendesah perlahan merasakan penisnya aku kulum dan hisap dengan
nafsuku yang sudah memuncak.
Sambil mulutku tetap di dalam penisnya aku perlahan naik ke atas
tempat tidur dan menempatkan vaginaku di mulut Bram yang sudah
terbaring, dia mengerti maksudku dan langsung saja lidahnya melahap
vaginaku yang sudah sangat basah, cukup lama kami dalam posisi itu,
terinat akan Roni yang bisa saja tiba-tiba datang aku langsung
mengambil inisiatif untuk merubah posisi dan perlahan duduk di atas
penisnya yang sudah mengacung tegang dan besar panjang. Perlahan aku
arahkan dan masukan ke dalam lubang vaginaku, rasanya berbeda dengan
saat aku diperkosanya, perlahan tapi pasti aku merasaskan suatu
sensasi yang amat besar sampai akhirnya keseluruhan batang penis Bram
masuk ke dalam vaginaku “Ahh..sssfff..Braaam!” erangku perlahan
menahan suara gairahku agar tidak terdengar, aku merasakan seluruh
penisnya memenuhi vaginaku dan menyentuh rahimku. Sungguh suatu
sensasi yang tak terbayangkan, dan sensasi itu semakin bertambah saat
aku mulai menggoyangkan pantatku naik turun sementara tangan Bram
dengan puasnya terus memainkan kedua buah dadaku memuntir-muntir
putingku hingga berwarna kemerahan dan keras “ahh..ahh..” demikian
erangan kami perlahan mengiringi suara penisnya yan keluar masuk
vaginaku clok..clok..clok? Tak tahan dengan nafsunya mendadak Bram
duduk dan mengulum buah dadaku dengan rakusnya bergantian kiri kanan
bergerak ke leher dan terus lagi. Aku sungguh tak dapat menahan gairah
yang selama ini terpendam.
Mungkin karena nafsu yang sudah sangat tertahan atau takut Roni
mendengar tak kuasa aku melepaskan puncak gairahku yang pertama sambil
mendekap erat Bram dan menggigit pundaknya agar tidak bersuara,
kudekap erta Bram seakan tak dapat dilepaskan mengiringi puncak
orgasmeku. Bram merasakan penisnya disiram cairan hangat dan tahu
bahwa aku mengalami orgasme dan membiarkanku mendekapnya sangat erat
sambil memelukku dengan belaian hangatnya. Selesai aku orgasme sekiat
30 detik, Bram membalikan aku dengan penisnya masih tertancap di dalam
vaginaku. Bram mulai mencumbuku dengan menjilati leher dan putingku
perlahan, entah mengapa aku kembali bernafsu dan membalas ciumannya
denga mesra, lidah kami saling berpagutan dan Bram merasakan penisnya
kembali dapat keluar masuk dengan mudah karena vaginaku sudah kembali
basah dan siap menerima serangan berikutnya. Dan Bram langsung memompa
penisnya dengan semangat dan cepat membuat tubuhku bergoyang dan buah
dadaku bergerak naik turun dan sungguh suara yang timbul antara
erangan kami berdua yang tertahan derit tempat tidur dan suara
penisnya keluar masuk di vaginaku kembali membakar gairahku dan aku
bergerak menaik turunkan pantatku untuk mengimbangi Bram.
Dan benar saja 10 menit kemudian aku sampai pada puncak orgasme yang
kedua, dengan meletakan kedua kakiku dan menekan keras pantatnya
hingga penisnya menyentuh rahimku. Kupeluk Bram dengan erat yang
membiarkan aku menikmati deburan ombak kenikmatan yang menyerangku
berkali-kali bersamaan keluarnya cairanku. Kugigit bibirku agar tidak
mengeluarkan suara, cukup lama aku dalam keadaan ini dan anehnya
setelah selesai aku berada dalam puncak ternyata aku sudah kembali
mengimbangi gerakan Bram dengan menaik turunkan pantatku. Saat itulah
kudengar pintu kamarku terbuka dan detik berikutnya pintu kamar Bram
diketuk Roni, “Bram..kau sudah tidur?”, demikian ketuk Roni. Langsung
saja Bram melepaskan pelukannya dan menyuruhku bersembunyi di kamar
mandi. Sempat menyambar pakaian tidurku yang tergeletak di lantai aku
langsung lari ke kamar mandi dan mengunci dari luar. Sungguh hatiku
berdebar dengan kerasnya membayangkan apa jadinya jika aku ketahuan
suamiku.
Bram dengan santai dan masih bertelanjang membuka pintu dan mengajak
Roni masuk, Roni sempat terkejut melihat Bram telanjang,”Sedang apa
kamu Bram” tanpa curiga dengan tempat tidur yang berantakan yang kalau
diperhatikan dari dekat ada cairan kenikmatanku. Bram hanya tersenyum
dan mengatakan,”Mau tau aja..” Dasar Roni dia langsung membicarakan
suatu hal pekerjaan dan mereka terlibat pembicaraan itu. Kurang lebih
sepuluh menit mereka berbicara dan sepuluh menit juga hatiku sungguh
berdebar-debar tapi anehnya dengan keadaan ini nafsuku sungguh semakin
menjadi-jadi. Setelah Roni keluar, Bram kembali mengunci pintu kamar
dan mengetuk kamar mandi perlahan,”Sinta buka pintunya..sudah aman”.
Begitu aku buka pintunya Bram langsung menarik aku dan mendudukanku di
meja dekat kamar mandi, langsung saja dibukanya kedua kakiku dan bless
penisnya kembali memenuhi vaginaku “Ahhh..ahh..” erangan kami berdua
kembali terdengar perlahan sambil terus menggoyangkan pantatnya maju
mundur Bram melahap buah dadaku dan putingku.
Sepuluh menit berlalu dan goyang Bram semakin cepat sehingga aku tahu
dia akan mencapai puncaknya, dan akupun merasakan hal yang sama
“Braaam lebih cepat sayang aku sudah hampir keluar..” desahku “Tahan
sayang kita bersamaan keluarnya”, dan benar saja saat kurasakan
maninya menyembur deras dalam vaginaku aku mengalami orgasme yang
ketiga dan lebih hebat dari yang pertama dan kedua, kami saling
berpelukan erat dan menikmati puncak gairah itu bersamaan.
“Braaammm..,” desahku tertahan. “Ahhh Sinta..kau hebat..” demikian
katanya. Akhirnya kami saling berpelukan lemas berdua, sungguh suatu
pertempuran yang sangat melelahkan. Saat kulirik jam ternyata sudah
dua jam kami bergumul. “Terima kasih Bram..kau hebat..” kataku dengan
kecupan mesra dan langsung memakai pakaian tidurku kembali dan kembali
ke kamarku. Roni tidak curiga sama sekali dan tetap berkutat dengan
komputernya dan tidak menghiraukanku yang langsung berbaring tanpa
melepas pakaianku seperti biasanya karena aku tahu ada bekas ciuman
Bram di sekujur buah dadaku. Malam itu aku merasa sangat bersalah pada
Roni tapi di lain sisi aku merasa sangat puas dan tidur dengan
nyenyaknya.
Esoknya seperti biasa di hari Minggu aku dan Roni berenang di pagi
hari tetapi mengingat adanya Bram, kami yang biasanya berenang
bertelanjang akhirnya memutuskan memakai pakaian renag, aku syukuri
karena hal ini dapat menutupi buah dadaku yang masih memar karena
gigitan Bram. Saat kami berenang aku menyadari bahwa Bram sedang
menatap kami dari kamarnya. Dan saat Roni sedang asyik berenang
kulihat Bram memanggilku dengan tangannya dan yang membuat aku
terkejut dia menunjukan penisnya yang sudah mengacung besar dan
tegang. Seperti di hipnotis aku nekat berjalan ke dalam.”Ron aku mau
ke dalam ambil makanan ya..!” kataku pada Roni, dia hanya mengiyakan
sambil terus berenang, Roni memang sangat hobi berenang bisa 2 jam
nonstop tanpa berhenti.
Aku dengan tergesa masuk ke dalam dan menuju kamar Bram. Di sana Bram
sudah menunggu dan tak sabar dia melucuti pakain renangku yang memang
hanya menggunakan tali sebagai pengikatnya. “Gila kamu Bram..bisa
ketahuan Roni lho,” protesku tanpa perlawanan karena aku sendiri
sangat bergairah oleh tantangan ini. dan dengan kasar dia menciumi
punggungku sambil meremas buah dadaku “Tapi kamu menikmatinya khan?!,”
goda Bram sambil mencium leher belakangku. Dan aku hanya mendesah
menahan nikmat dan tantangan ini. Yang lebih gila Bram menarikku ke
jendela dan masih dari belakang dia meremas-remas buah dadaku dan
meciumi punggung hingga pantatku, “Gila kau Bram, Roni bisa melihat
kita,” tapi anehnya aku tidak berontak sama sekali dan memperhatikan
Roni yang benar-benar sangat menikamti renangnya. Di kamar Bram pun
aku sangat menikmati sentuhan Bram. “Sinta kamu suka ini khan?”
tanyanya sambil dengan keras menusukan penisnya ke dalam vaginaku dari
belakang. “AHH..Bram..” teriakku kaget dan nikmat, sekarang aku berani
bersuara lebih kencang karena tahu Roni tidak akan mendengarnya.
Langsung saja Bram memaju mundurkan penisnya di vaginaku..”Ahh.. Bram
lebih kencang..fuck me Bram..puaskan aku Bram..penismu sungguh luar
biasa..Bram aku sayang kamu..” teriakku tak keruan dengan masih
memperhatikan Roni.
Bram mengimbangi dengan gerakan yang liar hingga vaginaku terasa lebih
dalam lagi tersentuh penisnya dengan posisi ini,”Sinta..khhaau
hhebat..” desahnya sambil terus menekanku, kalau saja Roni melihat
sejenak ke kamar Bram maka dia akn sangat terkejut meilhat pemandangan
ini, istrinya sedang bercinta dengan rekan kerjanya. Ternyata kami
memang bisa saling mengimbangi, kali ini dalam waktu 20 menit kami
sudah mencapai puncak secara bersamaan “Teruuus Bram lebih
khheeenncang..ahhhh aku keluar Braaaaam”, teriaku. “Aaakuu juga
Tyyaaasss..nikkkkmat ssekali mmmeemeekmu..aahhhhh.” teriaknya
bersamaan dengan puncak kenikmatan yang datang bersamaan. Setelah itu
aku langsung mencium bibirnya dan kembali mengenakan pakaian renangku
dan kembali berenang bersama Roni yang tidak menyadari kejadian itu.
Setelah itu hari-hari berikutnya sungguh mendatangkan gairah baru
dalam hidupku dengan tantangan bercinta bersama Bram. Pernah suatu
saat ketika akhirnya Roni mau bercinta denganku di suatu malam hingga
akhirnya dia tertidur kelelahan, aku hendak mengambil susu di dapur
dan karena sudah larut malam aku nekat tidak mengenakan pakaian
apapun. Saat aku membungkuk di depan lemari es sekelebat ku lihat
bayangan di belakangku sebelum aku menyadari Bram sudah di belakangku
dan langsung menubruku dari belakang. Penisnya langsung menusuk
vaginaku yang membuatku hanya tersedak dan menahan nikmat tiba-tiba
ini. Kami bergumul di lantai dapur lalu dia mengambil kursi dan duduk
di atasnya sambil memangku aku, “Bram kamu nakal” desahku yang juga
menikmatinya dan kami bercinta hingga hampir pagi di dapur. Sungguh
bersama Bram kudapatkan gairah terpendamku selama ini. Akhirnya ketika
proyek kantor Roni selesai Bram harus pergi dari rumah kami dan malam
sebelum pergi aku dan Bram menyempatkan bercinta kembali. Begitulah
cerita dewasa perselingkuhan dengan teman suamiku sendiri itu terjadi.
sumber >>
0 komentar:
Posting Komentar