Kontroversi kematian Osama bin Laden yang dituding bertanggung jawab atas tragedi 11 September, kembali mengemuka.
Kontroversi muncul setelah adanya kesaksian mantan personel elit Angkatan Laut Amerika (SEAL), yang dibeli Kantor Berita
Associated Press (
AP), tentang penyerbuan pada Mei 2011 yang menyebabkan tewasnya Osama.
Kesaksian para personel SEAL yang ikut dalam penyerbuan, dirangkum dalam buku berjudul 'No Easy Day'.
Di buku tersebut, tertuang sejumlah kesaksian yang bertentangan dengan keterangan resmi Pemerintah Federal Amerika Serikat (AS).
Buku itu menyebutkan Bin Laden ditembak mati, saat ia melongok keluar dari kamar tidurnya, ketika SEAL naik ke lantai atas rumahnya.
Ini berbeda dari keterangan para pejabat AS, yang sebelumnya menyatakan Bin Laden ditembak saat ia kembali masuk untuk berlindung di kamar tidur. Mereka mengatakan, Bin Laden kembali ke kamar tidur untuk mengambil senjata.
AP melansir, penulis buku itu mengatakan ia berada persis di belakang 'point man' (pemberi aba-aba), dan menuju ke lantai atas.
"Kurang dari lima langkah dari lantai atas, ia mendengar tembakan point man, dan melihat seorang pria melongok keluar pintu di sisi kanan lantai atas," tulis AP.
Menurut penulis, Bin Laden kembali ke kamarnya, dan SEAL mengikuti dan menemukan ia tergeletak di lantai.
Bin Laden ditemukan berlumuran darah, dengan lubang di sisi kanan kepala, serta ada dua perempuan yang tengah meratap di sisinya.
Wanita itu ditarik keluar, dan SEAL melepaskan beberapa tembakan ke arah jenazah Bin Laden hingga tidak bergerak. SEAL kemudian menemukan dua senjata di sisi pintu.
Juru bicara Gedung Putih Tommy Vietor, tidak berkomentar soal kontroversi kematian Bin Laden.
Kontroversi lain adalah seputar perlakuan terhadap jenazah Osama. Menurut AP, buku itu juga menyebutkan seorang anggota SEAL duduk di dada Bin Laden dalam helikopter yang penuh, saat jenazahnya diterbangkan ke laut.
Keterangan ini bertentangan dengan klaim AS, yang sebelumnya menyebut jenazah Bin Laden diperlakukan dengan baik sebelum pemakaman.
Buku kesaksian itu ditulis oleh orang yang menggunakan nama samaran Mark Owen, namun nama asli penulis diungkap oleh Fox News tidak lama kemudian.
Para pejabat militer juga mengatakan, penerbit tidak mengajukan buku itu ke Pentagon, untuk menjamin tidak ada informasi rahasia yang diungkapkan sebagai protokol resmi.
Buku itu akan diterbitkan tanggal 4 September, bukan tanggal 11 September, setelah membludaknya pemesanan melalui online.
Sumber